Trends

Wisata Berbasis Sejarah di Jakarta Diprediksi Semakin Atraktif

(tengah) Agil Kurniadi, Founder Komunitas Terekam Jejak, mendampingi wisatawan domestik tatkala mengunjungi museum di Jakarta. (Foto : Istimewa)

Mobilitas masyarakat yang bergerak ke level pra pandemi diyakini sebagai momentum untuk menggairahkan wisata berbasis sejarah di Jakarta. Ini memicu para penggiat wisata untuk memomenitasi momentum itu untuk mendongkrak jumlah kunjungan wisatawan ke berbagai destinasi wisata ini berbasis sejarah di Ibukota. Pariwisata ini diproyeksikan bakal semakin atraktif dan memberikan efek domino ke perekonomian.

Beragam destinasi wisata yang sarat nilai historis di Jakarta ini berpotensi meningkatkan pariwisata dan ekonomi kreatif. Agil Kurniadi, Pendiri Komunitas Terekam Jejak menjabarkan tempat-tempat bersejarah di Jakarta itu sangat banyak. Dia mencontohkan setidaknya terdapat 47 museum di Jakarta yang sarat muatan sejarah. Tidak hanya museum, ada juga masjid, gereja, monumen, jembatan, dan situs-situs sejarah menarik lainnya juga tersebar di Jakarta.

Para pelancong pun meminati objek wisata seperti demikian. “Pariwisata sejarah bisa menangkap hal itu, lalu menjadikannya pundi-pundi ekonomi bagi kota Jakarta,” ujar Agil saat dihubungi SWA Online di Jakarta, Rabu (25/1/2023). Penggiat sejarah lulusan Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya, Universitas Indonesia itu memproyeksikan peminat wisata sejarah semakin atraktif lantaran mobilitas masyarakat menuju level pra pandemi.

Proyeksi ini terindikasi dari peningkatan jumlah wisatawan yang melancong ke Jakarta. Badan Pusat Statistik Jakarta mencatat jumlah wisatawan yang mengunjungi objek wisata unggulan di Jakarta pada 2021 naik 4,77% atau menjadi 5,03 juta kunjungan dari 4,79 juta di 2020.

Agil berpendapat momentum ini bisa dioptimalkan oleh seluruh pihak untuk mempromosikan tempat-tempat wisata unggulan di Jakarta. “Berdasarkan data Badan Pusat Statistik Jakarta, empat dari delapan objek wisata unggulan yang bermuatan sejarah itu berupa museum, yaitu Museum Nasional, Monumen Nasional, Museum Satria Mandala, dan Museum Sejarah Jakarta, kemudian satu objek wisata berupa Pelabuhan Sunda Kelapa yang juga memiliki nilai sejarah,” tutur Agil. Tiga objek wisata lainnya adalah wisata wahana, yaitu Taman Impian Jaya Ancol dan Taman Mini Indonesia Indah (TMII) serta kebun binatang Ragunan.

Jakarta, lanjut Agil, adalah kota yang bertransformasi sejak ratusan tahun lalu. Mulai dari Sunda Kelapa, berubah menjadi Jayakarta pada 1527, lalu berganti menjadi Batavia pada 1621, hingga berubah menjadi Jakarta pada 1942. Setidaknya, kota ini memiliki sejarah panjang 495 tahun. Tentu hal ini menyimpan banyak cerita sejarah, dari masa Hindu-Budha, Islam, kolonialisme Belanda, masa Jepang, hingga Indonesia pasca merdeka. Jakarta tidak bisa lepas dari sejarah. “Beragam kisah ini bisa dinarasikan sebagai konten untuk wisata sejarah yang memikat para pelancong lokal dan luar negeri untuk mengunjungi objek wisata itu,” ungkap Agil

Semakin banyak cerita sejarah yang dimiliki kota tersebut, maka menunjukkan kota tersebut semakin bernilai. Sebab, sejarah tidak hanya kisah, tetapi bisa membentuk identitas, persepsi, nilai, dan makna bagi masyarakat. Karena itu, sejarah Jakarta bisa menjadi nilai yang penting untuk menggulirkan roda perekonomian ibukota. Wisata sejarah adalah wisata khas yang bisa menunjukkan identitas suatu wilayah. Tentu, hal ini berdampak kepada pariwisata sejarah di Jakarta, termasuk empat museum yang menjadi objek wisata unggulan di ibukota.

Pemerintah berekspektasi tinggi mengenai kontribusi pariwisata terhadap perekonomian nasional. Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Uno menargetkan kontribusi pariwisata terhadap produk domestik burto (PDB) mencapai 10-12% dalam waktu 5-10 tahun ke depan. “Pemerintah DKI Jakarta juga harus bisa memaksimalkan pariwisata, terutama pariwisata sejarah. Pariwisata sejarah di Jakarta bukan hal yang dianggap remeh, melainkan harus menjadi prioritas pariwisata yang utama karena pariwisata sejarah menjadi minat masyarakat unggulan dan menyumbang pemasukan di Jakarta,” tutur Agil.

Untuk itu Komunitas Terekam Jejak berikhtiar untuk menggairahkan pariwisata di Jakarta. Komunitas Terekam Jejak adalah suatu komunitas yang menyajikan beragam pengetahuan sejarah kepada masyarakat dengan gaya populer. Komunitas ini bergerak di ranah penulisan populer, riset, dan tur sejarah. Saat ini, Komunitas Terekam Jejak sedang menggelutkan tur pariwisata sejarah di museum-museum.

Beberapa waktu lalu, komunitas ini menelusuri jejak poros maritim dunia masa lampau dengan menerangkannya di Museum Bahari, lalu berjalan menelusuri Kali besar hingga ke Kota Tua. Tur berakhir di Museum Bank Indonesia. Agil mengklaim para wisatawan menggemari tur pariwisata sejarah karena mereka memetik pengetahuan dan kisah-kisah inspiratif. Untuk selanjutnya, Komunitas Terekam Jejak akan melaksanakan tur pariwisata sejarah pada 28 Januari 2023 yang mengusung tema Jelajah Perlawanan, Jejak Melawan VOC.

Agil berpendapat pembenahan serta perawatan destinasi wisata oleh Pemprov DKI Jakarta yang didukung oleh pelaku bisnis pariwisata, penggiat sejarah, publik, dan korporasi, akan mengoptimalkan potensi pariwisata ini.”Saya meyakini upaya ini akan memajukan pariwisata di Jakarta serta memberikan multiplier effect terhadap UMKM, dan pendapatan asli daerah yang akan memajukan perekonomi Jakarta,” ungkap Agil.

Swa.co.id


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved