Di tengah kondisi ketidakpastian dan tantangan yang begitu dinamis, perusahaan yang bisa bertahan bukanlah perusahaan berskala besar, melainkan perusahaan yang mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan bisnis yang berubah. Disrupsi teknologi digital, persaingan yang kompetitif, pandemi hingga krisis ekonomi global merupakan faktor pendorong perusahaan untuk melakukan transformasi bisnis. Dengan kata lain, transformasi adalah “new normal” bagi perusahaan atau organisasi.

Hal tersebut tidak menjadi pengecualian bagi perusahaan yang masih sehat dan bertumbuh. Sebab transformasi menjadi bagian dari antisipasi atas segala kemungkinan yang tidak terduga di masa depan. Proses transformasi bukan sekadar jawaban reaksioner atas kondisi eksternal, tetapi perlu menjadi unsur intrinsik organisasi demi sustainability perusahaan di masa mendatang.

Transformasi bisnis merupakan inisiatif besar yang membutuhkan perubahan menyeluruh pada aspek fundamental dari perusahaan secara jangka panjang. Risiko kegagalannya pun besar, tetapi apabila perusahaan mampu mengorkestrasi berbagai elemen penting ke dalam satu keselarasan maka akan mencapai tujuan dan visi perusahaan.

Melalui riset dan in-depth interview dengan para pemimpin yang bertanggungjawab terhadap transformasi, buku ini menelusuri beragam praktik transformasi yang digelorakan sejumlah perusahaan di Indonesia dari berbagai sektor yang berbeda. Buku ini menekankan bahwa kesuksesan yang berkelanjutan dalam bisnis membutuhkan budaya transformasi, didukung dengan manusia yang berorientasi pada hasil serta berfokus pada penciptaan nilai-nilai baru.

Buku ini mencoba memotret kiat-kiat dari sembilan perusahaan terbaik di Tanah Air yang mencapai kesuksesan dengan bekal transformasi, yakni:

· Astra Agro Lestari

· Bank DKI

· Blue Bird Group

· Kereta Api Indonesia

· Nojorono Kudus

· Sintesa Group

· Telkomsel

· Triputra Group Universitas Bina Sarana Informatika (BSI)

# Didik J Rachbini

Obituari, Hamzah Haz Sosok Pemimpin yang Pro Kebijakan Berbasis Fakta

Indef Usulkan Pajak Konglomerat Sebesar 40%

INDEF: Waspadai Defisit Ganda dan Inflasi!