Youngster Inc Youngster Inc. StartUp zkumparan

Bintang Baru E-commerce Penjualan Motor

Mario Tanamas dan Jovin Hoon

Bisnis dua sahabat ini bermula saat Mario mengajak jalan-jalan Jovin untuk melihat dealer motor milik keluarga Mario di Jakarta. Dari sana terbetik ide melakukan studi pasar tentang e-commerce penjualan motor. Dan, tersingkaplah peluang itu. “Saya lihat ada kecocokan karena memang ada booming e-commerce dan market motor yang besar di Indonesia,” ungkap Mario. Keduanya pun sepakat mendirikan Moladin yang merupakan platform online khusus penjualan motor.

Moladin menyasar kalangan konsumen menengah-bawah. “Segmentasinya orang yang tidak memiliki credit card dan mau membeli motor baru. Kami menawarkan harga transparan, mungkin itu yang membuat banyak orang tertarik dengan platform kami,” Mario menjelaskan.

Dari sisi model bisnis, Moladin bertindak sebagai agregator yang berada di tengah-tengah antara konsumen dan dealer. “Setiap ada penjualan ke dealer, kami akan mendapatkan komisi. Kami membantu dealer untuk berjualan,” kata Mario. Pihaknya juga sudah membangun sistem sehingga tidak perlu para sales menulis dokumen. “Kami ada sistem yang merekap itu, sehingga leasing bisa langsung menyurvei. Dealer juga ada aplikasinya sendiri untuk memantau penjualan motor mereka. Dealer bisa memantau order yang masuk ke tokonya dia berapa,” kata lulusan S–1 Business Administration and Management, Nanyang Technological University (NTU) Singapura itu.

Karena berposisi demikian, calon pembeli sangat dimudahkan. Ketika calon pembeli ingin motor merah dan tidak tersedia di satu dealer, tak perlu pusing. “Nanti sistem kami yang akan mencari di stok dealer kami. Jadi, tidak perlu ribet untuk mencari di toko-toko lain,” Mario menambahkan.

Untuk memodali usaha ini, Mario-Jovin menggunakan uang tabungan sendiri hingga kemudian berhasil menjual 10-30 motor, dan dari itu kemudian berhasil mendapatkan funding dari investor. Dana tersebut digunakan untuk biaya operasional membesarkan Moladin. “Kami dapat funding pada bulan Juni, kami gunakan untuk membangun tim TI, sistem, dan menambah marketing untuk memperkenalkan Moladin ke masyarakat,” kata Mario. Mereka melakukan branding melalui konten video di kanal YouTube dan media sosial lainnya. Di luar itu, mereka mulai memasang pos (seperti tenda penjualan motor) di SPBU dan ruko-ruko kecil.

Berangkat dari nol, Moladin kini membesar. Awalnya, kedua sahabat ini hanya ditemani tujuh orang, saat ini sudah mempekerjakan 40-an orang. Sekalipun organisasi membesar, keduanya masih fokus berjualan di Jabodetabek. “Kami tidak ingin keluar dulu. Tapi, ke depan kami harus keluar dari Jabodetabek. Sekarang juga sudah banyak yang bertanya tentang Moladin dari Kalimantan dan wilayah lain di Pulau Jawa. Kami ingin ketemu polanya dulu. Jangan sampai di satu kota kami belum mantap, sudah keluar ke daerah lain. Nanti malah jadinya berantakan,” kata Mario tentang prinsipnya.

Dia mengakui bisnis ini banyak tantangannya, mulai dari soal edukasi ke konsumen hingga aspek pengkreditan. “Karena, kami bekerjasama dengan pihak ketiga seperti leasing. Kalau e-commerce lain, mereka jual dan uangnya langsung masuk. Nah, kalau kami, pendanaannya ini masuk ke pihak ketiga. Kalau pihak ketiga sedang ada pengetatan kriteria kredit, akan berdampak pada penjualan kami. Ini yang sekarang sedang kami pikirkan,” Mario menerangkan.

Bisnis yang melesat memang harus dikelola dengan hati-hati. Maklum, sudah banyak bintang bisnis yang seperti meteor: terang benderang, tetapi redup kemudian. (*)

Sudarmadi & Anastasia Anggoro Suksmonowati

Riset: Elsi Anismas


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved