Youngster Inc. Entrepreneur zkumparan

Kegigihan Kakak-Beradik Membesut Pasar Kuliner Online

Alena Wu & Anthony Gunawan

Startup yang diinisiasi sang adik itu kini mulai menunjukkan hasilnya. Melakukan soft launching pada Juli 2017, sampai akhir tahun lalu Wakuliner berhasil menarik ribuan merchant dan belasan ribu transaksi yang memesan aneka kuliner dari berbagai lokasi di Nusantara.

Anthony, yang diwawancara bersama Alena, memaparkan, dirinya mulai merintis Wakuliner –akronim “wadah kuliner”– sepulang berkarier di Amerika Serikat. Di Indonesia, mantan Analis Teknis Senior TJX, Co Founder AV Solution, dan Asisten Manajer Proyek Swapsimple di AS itu kerap berpindah-pindah kota bersama istrinya.

Selama hidup “nomaden” tersebut, penyandang gelar MBA dari DePaul University, Chicago, AS, itu merasakan kesulitan ketika hendak memesan makanan. Pasalnya, beragam aplikasi harus diinstal untuk memesan kuliner khas di berbagai kota. Namun, kesulitan itu pula yang justru memberinya secercah ide. Pria kelahiran Malang, 1984, itu terpikir membesut bisnis pesan-antar makanan dengan cakupan pengantaran yang luas, se-Indonesia.

Pada Januari 2016 Wakuliner pun hadir di bawah naungan PT Bigit Republik Aplikasi. Aplikasi Wakuliner meluncur setahun kemudian, Januari 2017. Dan, Agustus tahun lalu, Wakuliner menggelar soft launching di hadapan media massa. Anthony mengungkapkan, keluarganya dan beberapa investor lain menginvestasikan sejumlah dana untuk mendirikan Wakuliner. “Investasinya sekitar Rp 2 miliar. Dananya dari saya, Alena, keluarga, dan beberapa investor lainnya,” ungkapnya.

Wakuliner yang bisa diunduh dari Google Play ataupun App Store pada dasarnya menawarkan tiga layanan. Pertama, Waku-Antar, berupa layanan pesan-antar kuliner. Kedua, Waku-Wiku, yang memberikan rekomendasi kuliner terkenal di berbagai kota di Indonesia. Ketiga, Waku Katering, yang menawarkan layanan katering skala kecil hingga besar.

Ketika dicek pada aplikasinya yang diunduh dari Google Play, saat ini tersedia tiga layanan. Pertama, Waku Komplit yang menyediakan kudapan dan oleh-oleh dari berbagai daerah. Kedua, Waku-Saji, yang menawarkan layanan pesan antar-makanan siap saji, dan Waku-Wiku. “Waku Katering untuk saat ini masih dalam tahap persiapan peluncuran,” Anthony menjelaskan.

Berbagai jurus promosi telah digelar Wakuliner. Selain soft launching, kampanye intensif di berbagai media sosial dan aplikasi pesan instan pun digencarkan seperti di Facebook, Instagram,WhatsApp, Line, dan BBM.

Sejumlah promosi khusus juga ditebarkan, seperti vocer Rp 15.000 bagi seribu pemesan makanan perdana. Sempat digelar pula promosi hadiah ponsel Samsung Galaxy S8 bagi pemesan terbanyak. Ada pula undian paket seminar gratis senilai jutaan rupiah dari Tung Desem Waringin, motivator sekaligus praktisi bisnis yang menjabat sebagai Presiden Komisaris Wakuliner.

Keunggulan lain yang diusung Wakuliner di antaranya layanan pelanggan dan dukungan teknis yang hadir selama setahun penuh tanpa hari libur. Dengan berbagai jurus tersebut, Anthony mengaku hingga akhir tahun lalu jumlah merchant yang tergabung telah mencapai 4 ribu yang tersebar di 60 kota di Indonesia. Sementara total transaksi telah mencapai 18 ribu pesanan, dari Juli 2017 hingga akhir tahun lalu. “Rata-rata transaksi bernilai Rp 120 ribu per pesanan dan kuliner yang paling banyak dipesan adalah bakmi, kue brownies, keripik keju, dan sambal,” katanya.

Meski kini sudah mengecap sukses, Anthony masih ingat betul jatuh-bangun dalam merintis Wakuliner. Ada masa ketika Wakuliner kebobolan anggaran pemasaran. Musababnya, Wakuliner menerapkan sistem komisi kepada setiap pemasar yang berhasil mendapatkan merchant. Hasilnya memang luar biasa: dalam waktu singkat, jumlah merchant melesat pesat.

Namun belakangan, manajemen Wakuliner mendapat pelajaran pahit. Rupanya, sejumlah pemasar Wakuliner secara membabi buta mendorong calon merchant untuk bergabung demi mengejar komisi. Padahal, para penyedia produk tidak paham cara berbisnis secara online. Alhasil, setelah merchant bergabung, produk kuliner mereka tidak bisa dipesan karena si empunya tidak memahami cara berjualan via Wakuliner. “Itu sebuah pelajaran yang sangat mahal,” ungkap Anthony blakblakan.

Belajar dari kasus tersebut, pola rekrutmen merchant diubah. Wakuliner lebih selektif dan bersikap menanti partisipasi dari merchant untuk bergabung. Dengan demikian, bisa dipastikan merchant yang bergabung hanya yang memahami cara berbisnis online.

Sang kakak, Alena, pun turut berjuang habis-habisan membesarkan Wakuliner, hingga wanita ini tumbang. Sebab, Alena merangkap pekerjaan, sebagai CMO Wakuliner sekaligus penyanyi. “Karena kelelahan, sehari-hari urusan Wakuliner dan Sabtu-Minggu menerima order nyanyi, akhirnya saya sempat dirawat di rumah sakit, hehehe,” tutur Alena seraya tertawa kecil.

Kakak-beradik ini masih berambisi membesarkan Wakuliner. Sejumlah layanan akan ditambah dalam waktu dekat. Salah satunya, penawaran kemitraan. “Jadi, tak hanya end user yang disasar, tapi segmen bisnisnya juga kami garap. Wakuliner akan menjadi marketplace kuliner yang lengkap. Dari jasa pesan-antar kuliner, sampai penawaran bisnis franchise kuliner tersedia,” Anthony menegaskan.

Eddy Dwinanto Iskandar

Riset: Elsi Anismar


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved