Youngster Inc. Entrepreneur

Modal Rp 3 Juta, Kibarkan Kamanika Batik

Modal Rp 3 Juta, Kibarkan Kamanika Batik

Wirausaha batik makin marak tahun ini. Satu lagi pendatang baru adalah Kamanika Batik. Dirintis pada pertengahan 2011 oleh Dwi Mitasari Fibriani, usaha ini bermodal awal Rp 3 juta. Jatuh bangun dirasakan oleh lulusan School of Business and Management, ITB ini ketika usahanya kalah dengan perajin kain. Namun, kelahiran Jakarta, 1981 yang akrab disapa Mita itu tak menyerah.

“Ternyata saya kalah bersaing dengan para perajin kain karena mereka memasang harga yang lebih murah. Artinya, saya mesti menciptakan nilai lebih Kamanika dibanding mereka,” katanya bercerita. Mulai saat itu, ia membuat rancangan sendiri, memadukan kain batik dan tenun, kemudian menjahitnya. Produk Kamanika pun mulai laku di kalangan pembeli dengan rentang harga Rp200 ribu – 800 ribu.

Kain Batik Nusantara

“Kamanika sengaja tidak menggunakan bahan batik print. Saya memilih banyak batik cap dengan pertimbangan keberpihakan pada perajin batik cap yang umumnya membuka usaha kecil,” imbuhnya sambil menunjukkan sepotong blus batik cap. Selain menggunakan aplikasi renda, Mita juga memadukan rancangannya dengan tenunan Lombok, Bali, Timor. Ia mengamini bahwa trend kain 2013 adalah batik dan tenun.

Kamanika, yang bermakna ‘cantik’ dalam bahasa Sansekerta, menyasar perempuan bekerja dengan rentang usia 25-40 tahun. “Sebagian besar pembeli adalah staf Kementerian Luar Negeri. Mereka sering membeli kebaya untuk mempromosikan batik Indonesia di luar negeri,” ujar sang pemilik. Meski Kamanika hanya memproduksi pakaian perempuan hingga saat ini, sejumlah pelanggan sudah minta dibuatkan kemeja batik untuk lelaki.

Menurut Mita, pangsa pasar Kamanika terbagi dua, yakni perempuan kantoran pada umumnya dan komunitas pecinta batik lawas. “Komunitas batik lebih paham seluk-beluk batik daripada konsumen biasa. Umumnya mereka tergolong lebih matang dengan kisaran usia 30-40 tahun,” terangnya.

Mita memanfaatkan media sosial sebagai sarana utama pemasaran. Ia membuka lebih dari 1 akun Facebook untuk menjual merek yang berbeda. Satu akun mendagangkan pakaian jadi, sedangkan satu lagi mendagangkan kebaya dan busana berbahan kain lawas.

Sebagai usaha baru, Kamanika dikelola secara perseorangan. Siapa lagi kalau bukan Mita yang melakukannya, mulai dari merancang pakaian, mengawasi proses produksi, menjalin hubungan dengan pelanggan, melakukan kendali mutu, sampai mengelola akun Facebook Kamanika. “Baru-baru ini saja saya melibatkan 2 teman SMA untuk mengelola 1 dari 2 akun Kamanika,” ungkap Mita.

Ibu yang sedang menantikan kelahiran anak keduanya ini bertutur, ia bekerja sama dengan 2 penjahit dan 2 perajin bordir di Jakarta. Merasa bahwa kapasitas produksinya masih terbatas, Mita pun mulai mencari penjahit pribadi.

Di bulan pertama 2013, ia membangun mimpi untuk membuka butik pribadi. Sebuah brand baru pun hendak dikembangkan Mita, khusus untuk pakaian jadi. “Saya juga berniat mempertahankan harga yang terjangkau. Mendengar orang mengatakan bahwa ia ingin mengenakan koleksi saya saja, rasanya sudah dihargai,” tutup wirausahawan yang ingin selalu menciptakan model baru itu. (EVA)


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved