Youngster Inc. StartUp zkumparan

Irzan Belum Padam; Habis YesBoss Terbitkan Kata.ai

Irzan Belum Padam; Habis YesBoss Terbitkan Kata.ai

Kiprah Irzan Raditya, entrepreneur kelahiran 1989 yang membidangi internet, masih prima. Setelah menutup layanan YesBossNow.com pada 31 Oktober 2016 yang didirikan bersama ketiga temannya: Christian Franke, Wahyu, dan Reynir, Irzan sebagai CEO dan salah satu pendiri PT YesBoss Group Indonesia melahirkan konsep bisnis baru yang lebih ke layanan B2B. Yaitu, membuat platform chatbot untuk perusahaan. Produk percakapan dengan menggunakan teknologi kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI) ini dapat menghubungkan perusahaan dengan jutaan konsumennya untuk memberikan pelayanan terbaik.

Irzan Raditya

Versi awal Kata.ai menawarkan dialogue engine dengan NLP yang memungkinkan pelaku bisnis mewujudkan persona merek mereka lewat chatbot. “Beragam aktivitas percakapan melalui chatbot ini dapat dilakukan, misal pemasaran produk, transaksi jual-beli, bahkan pengumpulan data perilaku konsumen melalui media sosial dan aplikasi pesan yang umum digunakan di Indonesia seperti LINE, Facebook, Twitter, BBM, Telegram, dan SMS,” Irzan menjelaskan.

Salah satu klien Kata.ai yang besar adalah Telkomsel. Melalui Accenture, perusahaan ini mengembangkan layanan Veronica yang bisa melayani pelanggan melalui chatbot di LINE, Telegram, dan aplikasi Facebook Messenger. “Engagement pelanggan dengan perusahaan dapat diraih dengan layanan ini,” kata Irzan. Pihaknya saat ini juga mengembangkan teknologi Bot Studio Platform, yang merupakan peranti lunak berbasis web bagi developer yang ingin membangun chatbot mereka sendiri dengan NLP dari Kata.ai. Kata.ai menggandeng Accenture untuk versi beta Bot Studio Platform.

Ririek Adriansyah, Dirut Telkomsel, membenarkan, sejak Agustus lalu Telkomsel melengkapi customer touch point untuk memudahkan pelanggan mendapatkan layanan terbaik dengan menghadirkan Grapari Virtual. Layanan Grapari Virtual ini menggunakan teknologi AI yang dikembangkan Kata.ai melalui Accenture sebagai konsultan teknologi dan manajemen Telkomsel.

Menurut Ririek, bisa dibilang Telkomsel menjadi perusahaan telekomunikasi pertama di Indonesia dan Asia Tenggara yang memiliki layanan pelanggan berbasis kecerdasan buatan melalui aplikasi pesan. Menggunakan nama Veronika, akun chatbot Grapari Virtual ini bisa melayani berbagai keluhan dan pertanyaan pelanggan Telkomsel di berbagai aplikasi pesan seperti Line, Telegram, dan Facebook Messenger. Keunggulan yang ditawarkan: hadir 7 hari 24 jam dan berbasis platform social chat. “Ini dimungkinkan karena memanfaatkan artificial intelligence, customer analytics, dan interaksi manusia untuk menghasilkan layanan self-service yang memberikan pengalaman pelanggan lebih baik, cepat, dan dapat diakses di mana saja,” kata Ririek.

Layanan ini juga memberikan pengalaman mobile digital lifestyle bagi pengguna, baik itu pelanggan maupun yang bukan. Layanan mandiri tersebut dapat menjawab berbagai pertanyaan informasi seputar produk dan layanan Telkomsel dari pelanggan, kapan pun dan di mana pun.

Irzan meyakini 10 tahun mendatang teknologi asisten digital ini sangat berpotensi karena dari segi budaya orang Indonesia lebih memilih untuk mengobrol dengan perwakilan perusahaan jika mereka memiliki masalah/pertanyaan seputar produk dan layanan perusahaan. Dan, perkembangan aplikasi pesan yang luar biasa membuat potensi ini makin besar di Indonesia.

Melalui teknologi SaaS (Software as a Services), menurutnya, Kata.ai mampu membantu pelaku bisnis, bahkan untuk dapat memahami perilaku konsumen lebih mendalam serta meningkatkan kualitas hubungan mereknya dengan konsumennya. Irzan melihat fakta bahwa pertumbuhan pengguna aplikasi pesan di Indonesia sangat pesat, dari sini bisa digarap potensinya yang luar biasa untuk perusahaan dalam upaya mendekatkan diri dengan konsumen. “Dengan demikian, Kata.ai bisa dikembangkan menjadi platform NLP dalam bahasa Indonesia yang kaya akan berbagai fitur,” katanya.

Untuk diketahui, YesBoss telah berpengalaman bekerjasama dengan sejumlah perusahaan besar, seperti Infomedia Nusantara (Grup Telkom) dan Microsoft. Maka, tak mengherankan kemudian Kata.ai dilirik venture capital yang kemudian mau mengucurkan dana Seri A-nya ke startup ini. Pada Agustus 2017, perusahaan ini meraih pendanaan dari Trans-Pacific Technology Fund bersama kelompok investor lain sebesar US$ 3,5 juta, setara dengan Rp 46,5 miliar.

Menurut Irzan, dana tersebut digunakan untuk meningkatkan pelayanan dan menembus pasar baru di Asia, dimulai dari Asia Tenggara dan Taiwan. Ia dengan bangga mengatakan, perusahaan ini berhasil meningkatkan pendapatannya sebesar 30 kali lipat dalam waktu satu tahun.

“Keberhasilan Kata.ai membangun usaha berkat pemanfaatan yang tepat dalam AI untuk memperkuat interaksi brand dengan pelanggannya, ini menjadikan kami perusahaan AI nomor satu di Indonsia,” kata Irzan dengan percaya diri. Kata.ai akan mengalokasikan dana baru ini pada sektor penelitian dan pengembangan, dengan harapan dapat memperbesar jangkauannya di pasar Indonesia sembari memperluas penawarannya.

Di samping itu, Kata.ai akan mengembangkan teknologi NLP dengan tujuan dapat meningkatkan kemampuannya beroperasi dalam beberapa bahasa Asia Tenggara, di luar bahasa Indonesia yang dimiliki sekarang. Pendanaan kali ini dipimpin oleh Trans-Pacific Technology Fund (TPTF) yang beroperasi keluar dari Taiwan, yang diikuti oleh perusahaan Indonesia MDI Ventures milik Grup Telkom, Access Ventures asal Korea Selatan, serta Convergence Ventures. Terlibat juga di dalamnya VPG Asia, Red Sails Investment, dan angel investor terkemuka, Eddy Chan. Di samping itu, Barry Lee selaku pemimpin TPTF juga bergabung ke dalam Dewan Direksi Kata.ai.

“Kami sangat terkesan dengan manajemen tim Kata.ai. Mereka menunjukkan semangat dan kecakapan teknis yang luar biasa dalam industri AI. Kemampuan mereka untuk memonetisasi platform sembari menangani beberapa jenis industri telah membawa mereka ke posisi strategis untuk pertumbuhan eksponensial. Meskipun tergolong startup muda, kami percaya Kata.ai sudah menjadi pemimpin industri NLP Indonesia,” ujar Barry mengungkapkan alasan kucuran dana di Kata.ai.

Rata-rata setiap ponsel cerdas di Indonesia memiliki 4,2 aplikasi pesan instan, yang dipakai setidaknya beberapa kali sehari oleh 97% penggunanya. Aplikasi chatting populer LINE saat ini memiliki lebih dari 1,6 juta penjual sosial pada layanan official LINE@ di Indonesia.

Salah satu klien besar Kata.ai, Unilever, memanfaatkan chatbot di LINE bernama Jemma, asisten virtual yang melayani pelanggan atas nama Unilever. Chatbot ini telah meningkatkan engagement pengguna secara signifikan, berkat Jemma yang berhasil berteman dengan lebih dari 1,4 juta pengguna LINE dengan sesi obrolan yang rata-rata berlangsung sekitar empat menit. Salah satu sesi obrolan terpanjang berlangsung selama dua jam.

Dalam kurun waktu delapan bulan, jumlah keseluruhan pengguna yang berinteraksi dengan chatbot Kata.ai telah mencapai 6 juta orang. Bersamaan dengan keberhasilan ini, Kata.ai juga berhasil menembus sektor lain dengan chatbot milik mereka. Kini, Kata.ai tengah mempersiapkan teknologinya untuk beradaptasi untuk berbagai perusahaan terdepan dalam industri telekomunikasi, perbankan, konsultan, dan ritel.

“Kami sangat senang berinvestasi di Kata.ai. Melalui analisis dan riset yang kami lakukan, ditemukan bahwa aplikasi AI berpotensi berperan besar dalam pertumbuhan ekonomi Indonesia yang pesat. Platform NLP Kata.ai memungkinkan perusahaan untuk membina hubungan dengan pelanggan secara efisien, terutama dalam budaya berbasis chat,” ungkap Barry Lee.

Dengan meningkatnya dana dalam perusahaan ini, diharapkan dalam waktu dekat sayap Kata.ai bisa merambah luar negeri. Didukung TPTF, anak usaha Kata.ai akan didirikan di Taiwan dan berkolaborasi dengan startup teknologi di sana untuk melayani pasar lokal. Barry melihat Kata.ai telah menunjukkan kemampuan meningkatkan dan menciptakan nilai bagi klien.

“Kami percaya bahwa Indonesia, dan Asia Tenggara secara keseluruhan, adalah pasar yang ideal untuk chatbot. Dengan melihat tingginya tingkat penetrasi mobile dan messaging, serta perilaku pasar, kawasan ini lebih menjanjikan daripada di negara lain di seluruh dunia,” kata Irzan yang menyelesaikan pendidikan Ilmu Komputer di Hochschule für Technik und Wirtschaft, Berlin.

Reportase: Herning Banirestu


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved