Trends

J.P. Morgan Perkirakan IHSG di Level 7.500 Hingga Akhir 2023

Henry Wibowo, Head of Indonesia Equities Research J.P. Morgan (kiri) dan Gioshia Ralie, Senior Country Officer J.P. Morgan Indonesia (kanan). (Foto: Dok. JP Morgan)

Perusahaan jasa keuangan global, J.P. Morgan, memperkirakan adanya momentum positif di pasar modal Indonesia di tahun 2022 yang akan berlanjut di tahun 2023, dengan konsumsi domestik dan fundamental yang tetap kuat, khususnya terkait pendapatan perusahaan tetap terjaga stabil.

J.P. Morgan pun mempertahankan peringkat “overweight” (OW) di pasar saham Indonesia–yang merupakan salah satu pasar dengan kinerja terbaik di Asia Pasifik pada tahun 2022–memperkirakan IHSG akan mencapai level 7.500 pada akhir tahun 2023.

Pandangan positif tersebut datang bahkan ketika pasar saham lokal telah melihat aliran dana asing keluar sejak awal tahun, karena investor memindahkan dana ke China setelah ekonomi terbesar kedua di dunia itu membuka kembali perbatasannya dan mencabut kebijakan zero tolerance Covid-19 selama tiga tahun.

“Kami percaya bahwa aliran dana ekuitas yang keluar baru-baru ini sebagian besar didorong oleh adanya pembukaan kembali perdagangan dari China, dimana investor menggunakan Indonesia sebagai sumber pendanaan setelah kinerja pasar saham yang luar biasa tahun lalu. Pada dasarnya, konsumsi domestik Indonesia tetap kuat dan pendapatan perusahaan bahkan tumbuh tinggi, dan kami yakin bahwa pasar saham Indonesia akan tetap memiliki outlook positif tahun ini karena investor memutuskan untuk buy on weakness,” kata Gioshia Ralie, Senior Country Officer J.P. Morgan Indonesia.

Selain itu, rupiah Indonesia yang menguat dan naik sekitar 3 persen tahun ini terhadap dolar AS – karena investor asing kembali ke pasar obligasi lokal – juga akan memberikan iklim investasi yang suportif terhadap pasar saham dalam waktu dekat.

“Kami berharap pasar modal bereaksi positif terhadap penguatan rupiah belakangan ini. Rupiah yang lebih kuat tentu dapat menguntungkan pasar, di mana apresiasi rupiah sebesar 1 persen terhadap dolar AS dapat meningkatkan laba bersih per saham sebesar 1 persen, dengan asumsi hal lainnya tetap konstan. Penguatan rupiah juga merupakan kabar baik bagi importir dengan menggunakan dolar AS, terutama perusahaan consumer goods yang mengimpor bahan baku, dan juga perusahaan dengan eksposur utang menggunakan dolar AS,” kata Ralie.

Sementara itu, Henry Wibowo, Head of Indonesia Equities Research di J.P. Morgan, ambisi Indonesia terhadap industri kendaraan listrik (EV) juga diharapkan dapat memberikan dorongan ke pasar modal Indonesia. Apalagi, Indonesia merupakan produsen nikel terbesar di dunia – logam yang banyak digunakan dalam produksi EV.

“Berbekal cadangan nikel yang besar, Indonesia memiliki tujuan menjadi pusat kendaraan listrik di Asia Tenggara, dan kami telah melihat kemajuan yang baik dalam dua tahun terakhir, di mana negara ini telah menandatangani lebih dari selusin kesepakatan senilai lebih dari US$15 miliar dengan perusahaan seperti Hyundai Motor., CATL, antara lain untuk memproduksi kendaraan listrik dan baterai, serta membangun rantai pasokan,” ujar Wibowo.

Meskipun ekonomi digital Indonesia mengalami tahun 2022 yang penuh tantangan di balik suku bunga yang meningkat, industri senilai US$ 50 miliar ini tetap menjadi bagian penting dari perekonomian. “Kami yakin persaingan menuju profitabilitas terus menjadi fokus utama bagi perusahaan berbasis internet (di Indonesia) pada tahun 2023. Mereka telah mengambil berbagai langkah efisiensi biaya tahun lalu dan memperkenalkan tools monetisasi pendapatan terkini untuk mempercepat dan mencapai profitabilitas yang berkelanjutan. Langkah-langkah tersebut tentu harus membuahkan hasil tahun ini,” Wibowo menambahakan.

J.P. Morgan juga memberikan peringkat OW terhadap lembaga keuangan, dilihat dari kerangka tata kelola dan manajemen risiko yang lebih baik di bank-bank BUMN. Hal ini didukung dengan adanya pertumbuhan kredit sebagai pendorong pendapatan sistem perbankan, dan pergerakan industri ini dalam menuju layanan keuangan dengan menawarkan nilai tambah yang lebih tinggi. J.P. Morgan juga baru-baru ini memberikan peringkat OW terhadap sektor kebutuhan pokok konsumen dan layanan kesehatan karena adanya profil pertumbuhan defensif sektor tersebut.

Pertumbuhan PDB Menjadi Moderat, Inflasi Tetap Stabil

J.P Morgan memperkirakan pertumbuhan produk domestik (PDB) Indonesia akan moderat pada tahun 2023, setelah mencatatkan pertumbuhan yang kuat sebesar 5,3 persen pada tahun 2022. Hal ini disebabkan oleh adanya normalisasi harga komoditas – terutama batu bara, yang merupakan pendorong utama ekspor negara – ditambah dengan adanya terpaan faktor global eksternal yang cukup menantang. Meskipun demikian, perusahaan memperkirakan konsumsi domestik Indonesia yang tangguh akan memberikan penyangga defensif yang akan membantu negara ini relatif kebal terhadap risiko resesi.

Sementara itu neraca transaksi perdagangan Indonesia diperkirakan akan sedikit defisit tipis sebesar 0,4 persen dari PDB (US$5,3 miliar) tahun ini. “Hal ini disebabkan adanya pembalikan sebagian dari guncangan terhadap persyaratan perdagangan dari tahun lalu dan defisit dalam sektor jasa yang relatif kaku. Penerimaan pariwisata diperkirakan akan kembali normal, sedangkan peningkatan impor bisnis dan jasa keuangan diperkirakan akan memperlambat dan menormalisasikan defisit–yang mungkin kasat mata–bisa kembali ke tingkat sebelum COVID,” kata Ralie. Dengan adanya kemungkinan inflasi yang tetap stabil, perusahaan memperkirakan Bank Indonesia akan mempertahankan tingkat kebijakan moneter saat ini stabil di 5,75 persen sepanjang tahun.


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved