Business Champions zkumparan

Astra Credit Company, Menjadikan HR sebagai The Real CEO Partner

Roberto Maria Sontani, Kepala Manajemen Rekrutmen ACC, dan Team Astra Credit Company (ACC)
Dimas Aditya, Andhika Prasetya Wijaya, Roberto Maria Sontani, Azka Widiarto.

Sebagai perusahaan yang berada di bawah PT Astra International Tbk., dalam pengelolaan sumber daya manusia (SDM), PT Astra Sedaya Finance –lebih dikenal dengan brand Astra Credit Company (ACC)– selalu mengacu pada induk perusahaan itu. “Program HR (Human Resource) kami selalu in line dengan Grup Astra karena kami selalu mengadakan HR Conference. Contohnya, Employee Value Preposition dan Agile Organization kami lakukan berbarengan dengan anak usaha Grup Astra lainnya. Setiap dua tahun sekali, kami mendapatkan assessment mengenai standar pelaksanaan HR, yaitu dengan KIPKA (Kriteria Implementasi Praktik Ke-HRD-an Astra),” Azka Widiarto, Analis Productivity & System Development ACC, memaparkan.

Sebagaimana diketahui, Grup Astra merupakan salah satu konglomerasi di Indonesia yang memuliki strategi pengelolaan SDM yang bagus. Banyak leader bisnis yang dilahirkan perusahaan ini, baik yang kemudian tetap bekerja di Grup Astra maupun berkarier di perusahaan lain. Maka, anak-anak perusahaannya pun, ternasuk ACC, sudah punya acuan yang bagus dalam pengelolaan SDM.

ACC yang bergerak di bidang pembiayaan kendaraan dan alat berat telah memiliki 76 gerai dan satu fleet yang berlokasi di 58 kota di Indonesia. Total karyawannya mencapai 5.448 orang, dengan rincian: 484 di kantor pusat dan 4.964 di kantor cabang. Sebanyak 80% karyawan ACC dari kalangan milenial, bahkan di level manajer, sebanyak 75% diisi kaum milenial, dan 59% di level manajer senior.

Dalam program HR Excellence 2020, ACC ikut dalam tiga kategori, yakni Recruitment Strategy,Learning & Development, dan HR Technology. Dewan Juri akhirnya memberikan rating AA kepada ACC untuk kategori Recruitment Strategy, dan rating A utuk kategori Learning & Development dan kategori HR Technology.

Terkait perekrutan, Dimas Aditya, Analis Rekrutmen ACC, menjelaskan, pihaknya pertama-tama menjalankan strategi Segmented Social Media Branding, melalui media sosial dan bekerjasama dengan situs pencari kerja, seperti Instagram yang memiliki 5.200 follower, YouTube (460 subscriber), LinkedIn (4.200 follower), Urbanhires (33 ribu appalicant), Webcareer (9.707 kunjungan), dan Kalibrr (6.500 applicant).

Kedua, menjalankan program Community-Based Hiring. Program ini menyasar mahasiswa, mulai dari semester V, untuk mengikuti ACC Starship (program magang bagi mahasiswa dari berbagai universitas), ACC The A Game (game-based learning mengenai lingkungan kerja), dan ACC Techno Center (program komunitas mahasiswa di Yogyakarta yang mengambil magang di bidang TI). ACC Starship saat ini memiliki 39 anggota, ACC The A Game punya 221 anggota, dan ACC Techno Center memiliki 17 anggota. ACC Tehno Center telah menghasilkan produk, antara lain, ACCwhistle, ACC.bid, dan ACC.one.

Dan, yang ketiga, menjalankan program Offline Branding, yang terimplementasi dalam beberapa kegiatan, yaitu ACC On the Go(Campus Hiring), IT Division Guest Lecture, dan Career Seminar. Dimas menambahkan, program perekrutan untuk management trainee (MT) dilakukan dengan proses rekrutmen dua minggu, mulai dari psikotes hingga wawancara dengan board of director (BOD). Adapun untuk Junior Leader Development Program (JDLP) melalui proses selama empat hari, dari psikotes hingga interview panel.

Roberto Maria Sontani, Kepala Manajemen Rekrutmen ACC, mengatakan, perusahaan pembiayaan ini selalu dapat memenuhi target pelamar dan kandidat yang bergabung dari segmen yang diidentifikasi sebagai sasaran rekrutmen. “Nama ACC sebagai salah satu perusahaan pembiayaan di bawah Astra International juga sudah cukup familier di kampus-kampus. Hal ini terlihat dari banyaknya partisipasi peserta event yang kami adakan di kampus-kampus tersebut,” kata Roberto.

Selain itu, lanjutnya, survei brand awareness juga rutin dilakukan. Tujuannya, terus memberikan insight mengenai hal apa lagi yang dapat ditingkatkan agar nama ACC menjadi pilihan pelamar kerja untuk berkarier.

ACC, kata Dimas, punya sistem yang dinamakan Integrated Talent Supply, yaitu proses mendapatkan talenta dari eksternal dan internal. Talenta eksternal dan internal ini harus melalui berbagai proses, yaitu talent sourcing, talent selection, dan talent pool. Terakhir, mereka akan diproses oleh Replacement Table Chart supaya menempati posisi yang sudah disediakan perusahaan.

Sebagaimana disebutkan di atas, untuk talenta eksternal, ACC merekrut lewat MT dan JLDP. “Sedangkan untuk talent internal, kami dapatkan dari Internal Job Posting, FLMP (Firstline Leadership & Management Program), Enhancement Regular, dan Enhancement Managerial,” Dimas menuturkan.

Selanjutnya, karyawan yang resmi masuk kerja mengikuti on boarding program, disesuaikan dengan kompetensi yang dibutuhkannya. Bentuknya bisa macam-macam, ada training, leadership development program, self development, job enrichment, job assignment, hingga feedback. Pada fase ini, mereka masuk dalam tahap pembelajaran dan pengembangan sebagai talenta.

Andhika Prasetya Wijaya, Learning Representative Area ACC, menerangkan, ACC menciptakan program Pleasant Learning Atmosphere agar karyawan merasa nyaman dalam mengikuti proses pembelajaran. Di hari pertama kerja, mereka langsung bisa mengakses Lemon (learning module online) yang berisi video interaktif dan PDF yang sesuai dengan kompetensi masing-masing.

“Kami juga mengembangkan Tecat (Technical Competency Daily Test Automation), yang merupakan technical assessment untuk mengetahui apakah ada knowledge yang terlewat dari Lemon. Kalau ada, nanti mereka akan kembali ke Lemon untuk tahu modul apa yang harus dipelajari lagi,” kata Andhika. Selain Lemon dan Tecat, karyawan juga mendapat knowledge dari Udemy, ACC digiLIBRARY, dan ACCpedia.

Azka Widiarto mengungkapkan, setelah melakukan keseluruhan development program bagi karyawan, tentunya perusahaan harus tahu bagaimana keefektifannya. Untuk itu, “Kami membuat aplikasi bernama ACC Perfect (ACC Performance Effectiveness). Dalam aplikasi ini kami bisa melihat semua individual performance. Dengan adanya aplikasi ini, beberapa proses seperti evaluasi karyawan, pengiriman surat peringatan, hingga perhitungan insentif bisa kami efektifkan prosesnya,” tuturnya.

Azka menjelaskan, data yang dimasukkan ke ACC Perfect tersebut adalah data beberapa bulan, bukan hanya satu bulan. Sehingga, bisa di-track level sales, standard minum productivity, dll. Selain performance individu, di ACC Perfect juga bisa dilihat performance tim, cabang, hingga rata-rata nasional. Data ini juga bisa digunakan untuk coaching dan counseling bagi yang membutuhkan. Per 2019, 74% karyawan telah menggunakan ACC Perfect. “ACC Perfect juga bisa menghemat Rp 3,5 miliar per tahun,” ujar Azka menegaskan.

Untuk lebih in touch dengan karyawan, ACC saat ini mengembangkan chatbot yang bisa digunakan karyawan selama 24 jam nonstop untuk mengakses informasi karyawan. Selama 2019, ACC merekrut 1.072 tenaga kerja. Di samping itu, kata Azka, hampir semua leader di ACC, mulai dari manajer cabang hingga ke top level, datang dari internal. “Bahkan, 19 BOD Astra Group berasal dari ACC,” ungkapnya.

Digitalisasi yang dilakukan oleh departemen Human Capital di ACC ini memang sudah menyentuh aspek perekrutan hingga training & development karyawan. Tujuannya, efisiensi. Dalam rekrutmen, misalnya, menurut Azka, digitalisasi tersebut mampu menekan biasa proses perekrutan sebesar Rp 425,9 juta per tahun. Sementara, dengan adanya digital ecosystem dalam learning & developement, dicapai penghematan biaya sebesar Rp 262,7 juta per tahun.

Tantangan yang dihadapi ACC, menurut Roberto, bagaimana memiliki ekosistem positif yang memudahkan karyawan milenial berkolaborasi dengan karyawan senior. “Sebab, hampir semua program pengembangan melibatkan leader-leader ACC, maka konsistensi leader create leaders-lah yang selalu menjadi tantangan setiap tahunnya,” katanya. Jadi, tantangannya saat ini adalah bagaimana menjembatani generation gap.

Dan, bisnis akan terus berjalan serta mengalami perubahan yang cepat. Sehingga, HR harus tetap adaptif. “Kami ingin HR mampu memberikan respons berupa inisiatif yang efektif menjawab kebutuhan bisnis dan dilakukan dengan cukup cepat,” Roberto menegaskan. Intinya, bagaimana HR bisa menjadi the real CEO partner. (*)

Kusnan M. Djawahir dan Andi Hana Mufidah Elmisari

www.swa.co.id


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved