Brands IBBA

Bank Syariah Indonesia, Mengedepankan Semangat Ultimate Service

Bank Syariah Indonesia, Mengedepankan Semangat Ultimate Service
Anton Sukarna, Direktur Penjualan dan Distribusi BSI.

Di mata nasabah, PT Bank Syariah Indonesia Tbk. (BSI) adalah bank terbaik dibandingkan bank syariah lain di Indonesia. Dari hasil survei Indonesia Best Brand Award (IBBA) 2021 yang dilakukan oleh PT Mars Digital Indonesia dan SWA Media Group, bank hasil merger antara Bank Syariah Mandiri, BRI Syariah, dan BNI Syariah ini meraih indeks brand value tertinggi, yakni 72,03.

Angka tersebut jauh di atas bank-bank syariah lainnya di Tanah Air. Adapun parameter yang digunakan untuk mengukur indeks brand value ini terdiri dari top of mind/TOM Ad (iklan), TOM Brand (merek), brand share, satisfaction, dan gain index.

Apa yang dilakukan BSI? Anton Sukarna, Direktur Penjualan dan Distribusi BSI, mengatakan bahwa sebagai bank syariah terbesar di Indonesia, BSI berkomitmen menyediakan layanan dan produk perbankan syariah secara modern, inklusif, dan sesuai dengan prinsip syariah untuk seluruh lapisan masyarakat melalui produk dana, pembiayaan di segmen ritel, UMKM, ataupun korporasi yang dilengkapi dengan teknologi berbasis digital yang mumpuni.

Untuk membangkitkan perekonomian nasional di masa pandemi, lanjut Anton, BSI juga terus mendorong UMKM untuk go digital melalui berbagai pendekatan pendampingan, pelatihan, serta penyaluran pembiayaan PEN (pemulihan ekonomi nasional).

“Bank Syariah Indonesia terus bergerak dan adaptif dalam menghadapi perubahan era digital 4.0 yang menuntut kecepatan dan inovasi sehingga menjadi pilihan masyarakat,” katanya.

Anton menjelaskan, ada tiga hal penting yang selama ini menjadi nilai yang dipegang BSI. Pertama, transformasi. BSI terus bertransformasi untuk melakukan perbaikan dan perubahan, serta mencoba hal-hal baru yang memang bisa memberikan trajectory perubahan bisnis yang bagus dan solid.

Kedua, menemukan model bisnis yang optimal. Sejak melakukan merger, kata Anton, model bisnis yang dimiliki tiga bank legacy belum tentu sesuai dengan tuntutan nasabah saat ini. Karena itu, BSI melakukan tuning untuk memperbaiki model bisnis yang ada saat ini, baik itu di segmen bisnis, teknologi, maupun delivery channel.

Ketiga, yang terakhir, value creation, baik dari aspek bisnis maupun operasional, dan perubahan model bisnis. Tujuan akhirnya adalah menuju kepada satu value creation yang optimal.

Di samping itu, sejak berdiri pada 1 Februari 2021, BSI berupaya mengoptimalkan kapitalisasi digital dalam seluruh lini layanan dan produknya melalui BSI Mobile. Anton menerangkan, aplikasi yang disiapkan menjadi super apps ini memiliki beragam solusi. Di antaranya, fitur pembukaan rekening online melalui KYC Biometric, transaksi finansial, pembiayaan online BSI Gadai Emas, serta pembiayaan mitraguna online yang saat ini diperuntukkan bagi aparatur sipil negara, Payroll BSI.

Selain layanan finansial, nasabah BSI juga bisa mendapatkan layanan spiritual dan sosial. Antara lain, membayar zakat, infak, sedekah, dan wakaf (ZISWAF); membeli hewan kurban; serta informasi mengenai waktu shalat dan masjid terdekat.

Pasar milenial pun menjadi sasaran BSI. Maka, agar menjadi top of mind di benak milenial, BSI melakukan pendekatan melalui kanal media sosial, seperti YouTube, Facebook, Twitter, dan Instagram.

“BSI menyasar kalangan milenial yang mencari informasi tentang perbankan syariah melalui media sosial. Kami menyuguhkan berbagai informasi koporat, promo produk, maupun edukasi dan literasi perbankan syariah yang mudah dipahami generasi milenial,” Anton memaparkan.

Selain dengan konten rutin, BSI juga bekerjasama dengan beberapa influencer yang concern terhadap finansial dan memiliki ketertarikan kepada industri perbankan syariah. Menurut Anton, cara ini cukup efektif untuk menciptakan top of mind BSI di kalangan milenial, mengingat peran influencer menjadi salah satu pertimbangan generasi milenial dalam memilih produk atau layanan.

Strategi digital marketing yang dilakukan BSI adalah melalui strategi digital marketing trifecta, yaitu owned media (dengan optimisasi kanal medsos dan website), paid media (dengan melakukan beragam aktivitas digital ads, seperti socmed ads, display ads, dan kolaborasi dengan key opinion leaders/influencer/community/publisher), serta earned media (dengan review dari user). Anton mengungkapkan, kontribusi digital marketing terhadap fee-based income BSI mencapai 24,3%.

Dalam hal inovasi produk, BSI terus mempelajari karakter nasabah dan adaptif terhadap kebutuhan yang diinginkan. Apalagi pada era digital ini, dibutuhkan strategi pemasaran yang tepat, efisen, serta menimbulkan hasil yang optimal, tentunya aman, dan meminimalkan risiko perbankan.

Dari sisi strategi, BSI terus mengoptimalisasi potensi bisnis pembiayaan di segmen yang terbukti memiliki kualitas dan yield yang baik, yakni ritel konsumer dan UMKM. Sementara dari sisi dana pihak ketiga (DPK), BSI terus meningkatkan dana murah. Salah satunya, melalui pengembangan kanal digital BSI Mobile.

Dan, untuk meningkatkan loyalitas nasabah, BSI menitikberatkan pada aspek layanan offline dan online. Yakni, melalui layanan petugas kantor cabang serta pengembangan kapabilitas digital BSI Mobile yang bisa diakses di mana pun dan kapan pun.

Anton menegaskan, BSI terus mengedepankan semangat ultimate service sebagai transformasi layanan. Yaitu, berusaha memberikan layanan terbaik kepada nasabah dengan mengedepankan solusi digital dan uniqueness layanan bank syariah.

“Dengan memberikan layanan dan engagement yang kuat kepada nasabah dan pemangku kepentingan, diharapkan dapat tercipta loyalitas nasabah BSI. Hal ini dibuktikan dengan adanya transformasi layanan digital yang dapat diakses nasabah di mana pun dan kapan pun,” katanya tandas.

Dengan langkah-langkah yang dilakukannya itu, BSI menorehkan kinerja yang solid. Per September 2021, bank ini membukukan laba bersih Rp 2,26 triliun, naik 37,01% secara year on year (YoY).

BSI pun terus mendorong pertumbuhan pembiayaan ke UMKM; komposisinya hingga September 2021 mencapai 22,93%, meningkat dari posisi Desember 2020 yang sebesar 22,40%. Melalui sinergi yang baik dari berbagai segmen tersebut, BSI mampu meningkatkan aset menjadi Rp 251,05 triliun, naik 10,15% YoY dari Rp 227,92 triliun.

Anton menegaskan lagi, selain dari segi bisnis, BSI juga terus berkomitmen menerapkan prinsip keuangan berkelanjutan (sustainable finance). Sehingga, peran bank syariah terus bertambah untuk memberikan kemaslahatan bagi masyarakat dengan mengimplementasikan prinsip tersebut di berbagai sektor. (*)

www.swa.co.id


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved