GCG Companies

Bank Tabungan Negara, Menuju The Best Mortgage Bank di Asia Tenggara

Haru Koesmahargyo, Direktur Utama BTN.

Saat ini, rasio kredit pemilikan rumah (KPR) terhadap produk domestik bruto (PDB) Indonesia sebesar 3%, lebih rendah dibandingkan negara-negara lainnya di Asia Tenggara. Hal ini menunjukkan potensi sektor perumahan di negeri ini belum maksimal. Pemerintah menargetkan rasio KPR terhadap PDB Indonesia bisa mencapai 4% pada 2024.

PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk./BTN yang berkomitmen menjadi bank yang melayani dan mendukung pembiayaan sektor perumahan telah siap memenuhi kebutuhan perumahan yang luas di Indonesia. Bahkan, dari 1976 BTN telah menjadi pemain dominan di perumahan dengan memiliki mitra sekitar 7.000 pengembang, dan fokus portofolionya adalah perumahan.

Dalam strategi untuk memenuhi kebutuhan perumahan, ada beberapa aspek yang dilihat. Mengenai gerai dan people. BTN sedang melakukan transformasi model operasional kantor cabang yang baik dan efisien. Kantor cabang dan gerai akan difokuskan pada sales dan service.

Selain itu, bank ini juga memperbaiki proses dalam rangka peningkatan produktivitas. Lalu, memperkuat modal dengan melakukan penambahan modal melalui Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu atau rights issue.

Strategi lainnya, BTN memperkuat pola penyaluran kredit bagi masyarakat yang mendapat subsidi. Juga melakukan pengembangan untuk milenial atau partnership yang sudah dilakukan dengan BPJS Ketenagakerjaan, Badan Pengelola Tabungan Perumahan Rakyat (BP Tapera), dan TNI Angkatan Darat, serta bekerjasama dengan developer ataupun langsung dengan konsumen.

BTN mengembangkan pula value chain, agar bisnisnya tidak terpaku pada KPR atau pembiayaan konstruksi, tetapi terus mengejar value chain ke bawah dari transaksi-transaksi nasabah BTN yang SME, wholesale, ataupun korporat. Banyak sekali ekosistem yang sudah terbentuk. Karena itu, bank ini juga meningkatkan digitalisasi dan masuk ke dalam ekosistem yang lebih besar, dengan harapan ekosistem tersebut bisa menjadi pintu masuknya untuk ekspansi lebih luas lagi.

Selanjutnya, untuk mewujudkan visi “menjadi the best mortgage bank di Asia Tenggara pada tahun 2025”, salah satu syarat penunjangnya adalah penerapan tata kelola melalui framework yang komprehensif. Hal ini akan menghasilkan satu proses yang baik, dengan tujuan: mencapai pertumbuhan yang berkelanjutan.

“Oleh karena itu, framework atau kerangka implementasi GCG ini diterapkan di BTN dengan mengakomodasi penerapan nilai-nilai budaya, kemudian dikombinasikan dengan struktur atau proses dari governance, di mana ini dilakukan secara komprehensif,” kata Haru Koesmahargyo, Direktur Utama BTN.

BTN pun telah melakukan tindak lanjut atas rekomendasi CGPI 2020. Di antaranya, pertama, Governance Stucture. Bank ini telah mengembangkan talenta-talenta perempuan. Juga telah mengindentifikasi dan menghitung jumlah talenta perempuan di level BOD, BOC, BOD-1, dan BOD-2. Target pencapaian rasio perempuan adalah 15%, dan saat ini sudah 17,6% atau telah melebihi target.

Kedua, Governance Process. Dalam pilar proses ini, ada perbaikan di Whistleblowing System yang lebih independen, yaitu dengan melakukan kerjasama dengan pihak ketiga. Mengenai tata kelola dan keterbukaan infomasi, saat ini telah ditindaklanjuti dengan mereformasi peraturan di BTN. Hal lain mengenai pengelolaan risiko, sebulan sekali ada pemantauan hingga di level dewan komisaris mengenai risk appetipe, risk tolerance, action plan, atau recovery plan-nya.

BTN juga telah mengimplementasikan manajemen keberlangsungan usaha sesuai dengan ISO 9001 : 2015. Bank ini pun telah memiliki ajang innovation awards yang diadakan setiap tahun, sehingga tahun ini banyak menghasilkan inovasi baru.

Selain itu, internal audit bank juga telah menjalankan perannya, sesuai dengan annual audit plan untuk meningkatkan sistem dan mekanisme pengendalian internal perusahan. Audit internal bank ini telah menjalankan fungsi counterparty melalui proses koordinasi dan komunikasi dengan kantor akuntan publik ataupun audit eksternal lainnya.

Ketiga, Governance Outcome. Bank ini telah menerapkan strategi bisnis dan kualitas kredit. Di 2021 pun telah ada pembayaran dividen kepada pemegang sahamnya. Hal lainnya ialah mengenai pemantauan terhadap layanan kepuasan nasabah, sehingga di 2021 dibentuk unit kerja baru, yaitu Customer Care Division. Salah satu program kerjanya: pengukuran kepuasan pelanggan di kemudian hari.

BTN telah pula meningkatkan kerjasama strategis dan komunikasi aktif dengan Ombudsman dan Otoritas Jasa Keuangan, serta mengembangkan aplikasi Sistem Pengaduan Nasabah untuk menyelesaikan keluhan nasabah. Bank ini pun telah menjalin kerjasama strategis dan komunikasi dengan pengadilan negeri, Mahkamah Agung, dan Kejaksaan Agung, serta mengembangaan legal clinic dan memantau perkara hukum pada Legal Application System (LapS) untuk penyelesaian permasalahan hukum.

Selain itu, BTN telah menetapkan dan menyempurnakan pula standar layanan baru, dan bekerjasama dengan MRI dalam survey customer experience untuk meningkatkan kepuasaan pelanggan.

Dalam rangka budaya implementasi kepatuhan, BTN menerapkan tiga program. Pertama, membangun budaya kepatuhan untuk membantu monitor kepatuhan yang telah men-setup adanya compliance regulatory management system, yang merupakan sebuah dashboard yang memudahkan pelaksanaan kepatuhan, baik untuk pelaporan, aturan baru, maupun lainnya.

Secara rutin kantor cabang juga mengukur tingkat kepatuhannya di dalam dashboard. Hal lain yang akan diinisasi tahun ini adalah penerapan ISO 37301 tahun 2021 mengenai Sistem Manajemen Kepatuhan.

Kedua, mengendalikan gratifikasi yang saat ini telah bekerjasama dengan Komisi Pemberantasan Korupsi, dan telah mencatat secara utuh transaksi peloporan dalam tiga tahun terakhir.

Ketiga, mengimplementasikan ISO SMAP, yaitu Sertifikasi Ahli Pembangun Integritas dan Sertifikasi Penyuluh Anti-Korupsi. BTN telah menerapkan ISO 37001:2016 SMAP sejak 2020, dan berhasil mempertahankan sebanyak dua kali surveillance untuk commercial lending dan procurement. Saat ini, sedang dilakukan perluasan sertifikasi secara berkelanjutan.

Hal penting lainnya adalah implementasi dan strategi manajemen risiko. Pengelolaan manajemen risiko dilakukan secara governance dalam mendukung bisnis yang berkelanjutan. BTN menerapkan Business Continuity Management, mekanisme dalam pengelolaan keberlangsungan bisnis bank terkait dengan bencana, krisis, dan kejadian yang tidak diinginkan.

Lalu, ada model early warning system untuk kredit segmen SME, komersial, dan korporasi. Selanjutnya, ada pengembangan risk modelling, risk appetipe & risk tolerance, IT cyber dan digital risk management framework, recovery plan & resolution plan BTN, stess testing, dan penguatan internal control operational risk. “Pengelolaan manajemen risiko ini dilakukan secara governance dalam mendukung pertumbuhan bisnis yang berkelanjutan,” kata Haru.

Dalam rangka membangun ketangguhan bisnis, BTN juga mengembangkan program dan produk baru. Di antaranya, BTN Solusi, yang merupakan program bundling produk dana dan kredit serta layanan BTN kepada instansi yang bekerjasama secara payroll. Program ini dibuat untuk memenuhi kebutuhan instansi yang bekerjasama dengan BTN.

Untuk kaum milenial, BTN memiliki program KPR BTN GAES for Millenials, dengan skema graduated payment mortgage. Ini merupakan program KPR bagi generasi milenial dengan pembayaran angsuran di beberapa tahun pertama lebih ringan dibandingkan yang reguler. Program ini dibuat khusus untuk segmen milenial agar dapat memiliki hunian.

Bagi peserta BPJS Ketenagakerjaan, ada program KPR MLT BPSJTK, ini merupakan fasilitas kredit sebagai manfaat layanan tambahan untuk peserta BPJS Ketenagakerjaan berupa KPR, Pinjaman Uang Muka Perumahan, dan Pinjaman Renovasi Perumahan. Program ini dibuat sesuai dengan Permenaker No.17 tahun 2021, yaitu manfaat layanan tambahan berupa fasilitas pembiayaan perumahan bagi peserta BPJS Ketenagakerjaan.

Untuk memperkuat governance di sepanjang housing supply chain, BTN pun melakukan transformasi digital dengan melahirkan berbagai platform. Selain itu, juga ada supporting App & channel. Di 2012, bank ini melahirkan Revamped BTN Properti, layanan bagi calon nasabah kredit perumahan dengan kemudahan akses secara online dan tersedia setiap saat. Ada juga BTN Smart Residence, layanan pascajual untuk memenuhi masyarakat dalam transaksi pembayaran reguler (listrik, tagihan air, maintenance, dll).

Melalui penerapan bisnis governance, dari 2020 ke 2021 kinerja BTN terus tumbuh. Kredit meningkat 5,65%, dari Rp 260 triliun menjadi Rp 275 triliun. Diikuti pertumbuhan dana pihak ketiga sebesar 6,03%, naik dari Rp 279 triliun menjadi Rp 296 triliun. Laba bersih juga membaik di tengah pemulihan ekonomi global, yaitu tumbuh 48,30%, dari Rp 1,6 triliun menjadi Rp 2,37 triliun secara year on year. (*)

Sri Niken Handayani dan Dede Suryadi

www.swa.co.id


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved