GCG Companies

Pupuk Kalimantan Timur, Sudah Lebih Maju Beberapa Langkah di Depan

Rahmad Pribadi, Direktur Utama PT Pupuk Kalimantan Timur.
Rahmad Pribadi, Direktur Utama PT Pupuk Kalimantan Timur.

Perusahaan BUMN bidang agrobisnis dan kimia PT Pupuk Kalimantan Timur (PKT) tampaknya sangat serius dalam upaya membangun perusahaan berkelanjutan dengan terus memperkuat sistem GCG dan implementasinya. Perusahaan pupuk terbesar ke-6 di Asia Pasifik yang memiliki 13 pabrik (lima pabrik amonia, lima pabrik urea, dan tiga pabrik NPK) ini terus membangun ketangguhan perusahaan dengan mengembangkan tata kelolanya, agar lebih compliance dengan prinsip GCG, baik secara struktur maupun kultur.

Secara struktur, PKT terus melengkapi organ internalnya dengan berbagai unit pelaksana tugas untuk memperkuat dijalankannya nilai-nilai GCG. Juga melengkapinya dengan sistem-sistem baru sebagai upaya terobosan untuk mendukung GCG.

Jangan heran, sebagai bagian dari integrated management system di PKT, ada sistem-sistem yang perannya elementer yang melengkapinya. Antara lain, anti-bribery management system, risk management system, environmental management system, dan audit management system.

Di bidang risk management system, misalnya, PKT selalu mengukur risk maturity level perusahaan agar semua risiko perusahaan bisa terdeteksi dan terkendali sejak awal. Tidak mengherankan, untuk melengkapi sistem governance dan risk compliance, perusahaan ini sudah punya whistleblowing system yang dijalankan, punya sistem informasi manajemen risiko, sistem aplikasi GCG, sistem pelaporan gratifikasi online (granol.pupukkaltim.com), portal governance, dan inisiatif lain.

Rahmad Pribadi, Direktur Utama PT Pupuk Kalimantan Timur, menjelaskan, perusahaannya memiliki system management yang sudah dintegrasikan menjadi satu system management yang disebut SMT. “SMT memberikan keuntungan karena antar-system management saling terkait dan dapat dilakukan bersama. Kami memastikan system management diaudit internal dan eksternal secara periodik untuk melihat efektivitasnya,” katanya.

Terkait manajemen risiko, PKT juga sudah mengimplementasi ISO 31000 dan mengidentifikasi 450 risiko di dalam eksosistemnya. “Dari 450, ada 10 risiko utama yang selalu dimonitor secara berkala,” ujar Rahmad.

PKT pun telah membuat platform integrity risk untuk melakukan monitoring. Sejalan dengan dengan penerapan Industry 4.0, PKT pun mengembangkan TI secara berkelanjutan. Sampai kini sudah membangun 85 sistem aplikasi untuk membantu proses bisnisnya di berbagai lini, dari lini produksi, CSR, audit, hingga manajemen risiko bisnis.

Di bidang produksi, misalnya, sudah menerapkan model smartproduction berbasis digital. Juga menerapkan smart operation, smart maintenance, smart distribution, digital performance management system, dan smart farming solution, sebagai bagian dari digitalisasi yang dijalankan.

Salah satu langkah penting PKT yaitu membangun bisnis yang tangguh dan berkelanjutan pada aspek kelestarian alam. PKT termasuk perusahaan yang sudah melakukan banyak program untuk melakukan dekarbonisasi. Antara lain, dengan menerapkan berbagai praktik bisnis untuk menurunkan emisi CO2.

Misalnya, dengan menjalankan generator berbasis gas yang lebih ramah lingkungan dan mengurangi penggunaan bahan bakar batu bara. Juga berusaha menurunkan tingkat emisi greenhouse gas (GHG) dengan implementasi teknologi-teknologi baru pada proses produksi (pabrik). PKT sejauh ini sudah sukses menurunkan emisi GHG 1,6 juta ton per tahun (38,72%).

PKT pun terus menjalankan beberapa inisiatif ESG (environmental, social, and governance) dengan menjalankan program pelestarian terumbu karang, mengurangi konsumsi listrik di lingkungan perusahaan, menekan tingkat emisi karbon, menggunakan listrik berbasis tenaga surya, melakukan replanting hutan mangrove, serta memperketat waste management dan pollution control. “Kami juga menyumbangkan 40 ton oksigen ke berbagai daerah di Kalimantan Timur,” ujar Rahmad.

Dari sisi organisasi, untuk membangun ketangguhan perusahaan, PKT juga sudah mengembangkan struktur tata kelola yang memungkinkan dijalankannya GCG dan berjalannya sistem check and balance secara efektif. Sejauh ini, ada tiga organ utama di PKT, yakni RUPS sebagai organ tertinggi dalam mengambil keputusan; dewan komisaris atau dewan pengawas yang dibantu dua komite, yaitu komite risiko dan audit; serta executive board atau dewan direksi yang menjalankan fungsi eksekutif. Fungsinya menjalankan seluruh kegiatan bisnis dan operasional perusahaan.

Rahmad yakin, timnya bisa merealisasi visi PKT menjadi perusahan kelas dunia yang memberikan solusi di bidang agrobisnis dan kimia untuk masa depan yang berkelanjutan. Saat ini dalam setahun PKT mampu memproduksi 3,43 juta ton urea fertilizer, 2,74 juta ton amonia, sekitar 300 ribu ton NPK, 75 ribu ton amonium nitrat, serta pabrik kelapa sawit berkapasitas 45 ribu ton per tahun.

Pada kuartal I/2022, PKT mampu memproduksi 1,6 juta ton pupuk. Rinciannya: amonia 763.000 ton, urea 768.000 ton, dan NPK 68.000 ton.

“Kami cukup mendominasi pasar domestik dan ekspor pupuk Indonesia. Sekitar 75% ekspor urea Indonesia ke luar negeri dilakukan dari pabrik kami. Sementara ekspor Indonesia untuk produk amonia sepertiganya dari kami,” kata Rahmad. Di pasar domestik, pangsa pasar amonia PKT mencapai 50%, sedangkan urea tak kurang dari 32%.

Tak pelak lagi, PKT termasuk BUMN yang kinerjanya paling kinclong, baik dilihat dari sisi revenue maupun bottom line (net profit). Dari sisi revenue dan profit, perusahaan ini selalu dalam tren positif dalam beberapa tahun terakhir.

Pada 2019, revenue PKT sebesar Rp 17 triliun dan pada 2021 sudah di level Rp 25,3 triliun. Lalu, net profit pada 2021 mencapai Rp 6,2 triliun, naik dari tahun sebelumnya yang Rp 1,8 triliun. Jelas, kinerja yang menggembirakan di tengah situasi bisnis yang dibayang-bayangi ketakutan akan terjadinya krisis global. (*)

Sudarmadi & Anastasia AS

www.swa.co.id


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved