SWA100

Adaro Energy Indonesia, Membangun Dua “Mesin Baru”

Adaro Energy Indonesia, Membangun Dua “Mesin Baru”
Garibaldi Thohir, Presiden Direktur PT Adaro Energy Indonesia Tbk.
Garibaldi Thohir, Presiden Direktur PT Adaro Energy Indonesia Tbk.

Menghadapi dinamika pasar batu bara, PT Adaro Energy Indonesia Tbk. (kode di bursa: ADRO) berupaya konsisten dan fokus untuk meningkatkan struktur permodalan, keunggulan operasional, produktivitas, seta efisiensi. Dan, yang tak kalah penting, kata Garibaldi Thohir, Presiden Direktur PT Adaro Energy Indonesia Tbk., perusahaan tetap menjalankan rencananya dalam mendiversifikasi bisnis di luar batu bara.

Garibaldi menjelaskan, hal itu dilakukan sebagai bagian dari komitmen mentransformasi bisnis menjadi perusahaan yang lebih berkelanjutan melalui green initiative jangka panjang untuk menangkap peluang pertumbuhan di ekonomi hijau, dan penyelarasan strategi dengan kebutuhan dunia serta strategi Indonesia untuk meningkatkan aktivitas pemrosesan dan hilirisasi.

Berangkat dari hal itu, sekarang perusahaan membangun dua “mesin baru”. Pertama, terkait mineral-mineral yang diperlukan oleh ekonomi hijau, seperti aluminium dan batu bara metalurgi. Kedua, terkait energi yang hijau dan terbarukan.

“Adaro menyadari adanya perhatian yang semakin besar terhadap faktor lingkungan, sosial, dan tata kelola (ESG) dari investor dan pemangku kepentingan. Perkembangan ekonomi hijau ini perlu didukung oleh ketersediaan berbagai logam dan mineral. Kami berada di posisi yang tepat untuk menangkap peluang tersebut melalui anak usaha kami,” katanya.

Salah satu mesin itu adalah PT Adaro Minerals Indonesia Tbk. (kode di bursa: ADMR), anak usahanya yang akan fokus pada pengelolaan dan pengembangan aset-aset mineral non-batu bara. Garibaldi menyebutkan, ADMR saat ini memproduksi batu bara metalurgi, bahan baku utama pembuatan baja. Perusahaan ini adalah produsen premium hard coking coal pertama dan satu-satunya di Indonesia, dan merupakan perusahaan pertama di bawah naungan ADRO yang tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI).

Melalui investasi ini, pihaknya berharap dapat membantu mengurangi impor aluminium, memberikan proses dan nilai tambah terhadap alumina, serta meningkatkan penerimaan pajak negara. ADRO juga berharap keberadaan industri aluminium di Kalimantan Utara ini dapat mendatangkan banyak investasi lanjutan dan menciptakan lapangan kerja bagi masyarakat.

“Melalui ADMR, kami akan mengembangkan proyek smelter aluminium, sejalan dengan tujuan Indonesia untuk melakukan kegiatan pengolahan bijih dan hilirisasi untuk peningkatan nilai,” kata Garibaldi.

ADMR tercatat menuntaskan proses penawaran umum perdana sahamnya (IPO) dan resmi melantai di BEI pada 3 Januari 2022 dengan kelebihan pemesanan atau oversubscribed hingga 179 kali dari penjatahan terpusat. “Respons pasar yang baik dan tingginya minat investor pada IPO ini membuktikan kepercayaan investor terhadap kinerja dan prospek bisnis ADMR di masa depan,” kata Garibaldi.

ADMR memang sempat jadi bintang di lantai bursa. Saat IPO dengan harga Rp 100 per lembar, pada 9 Agustus 2022 harganya Rp 1.660 per lembar, setelah sempat menyentuh harga tertinggi (Rp 2.960) pada 18 April 2022.

Anak usaha lainnya, PT Adaro Power, secara aktif mencari proyek pembangkit listrik terbarukan untuk memiliki energy mix yang seimbang dalam portofolionya dan mengurangi jejak karbonnya. Adaro Power telah meningkatkan kapasitas Solar PV di Terminal Khusus Batu Bara Kelanis menjadi 598 kWp, yang mencapai COD (commercial operation date) pada 27 Desember 2021. Solar PV ini diperkirakan mampu menghasilkan 749 MWh per tahun dan merupakan pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) terapung terbesar di Indonesia.

Sebelumnya, pada 2018, ADRO juga tercatat melakukan investasi. ADRO bersama EMR Capital melakukan akuisisi 80% saham Kestrel dari Rio Tinto. Melalui akuisisi ini, kata Garibaldi, ADRO mengembangkan operasinya ke Australia serta memperkuat posisi perusahaan di pasar batu bara metalurgi dan menunjang pertumbuhan jangka panjang perusahaan.

Selain itu, sejalan dengan strategi ADRO dalam meningkatkan kinerja perusahaan, perseroan pun melakukan upaya untuk meningkatkan kinerja saham, antara lain melalui program buyback atau pembelian saham kembali. ADRO melakukan buyback sebanyak Rp 4 triliun, yang dilakukan secara bertahap untuk periode tiga bulan terhitung sejak tanggal keterbukaan informasi, yaitu 27 September-26 Desember 2021.

“(Buyback) ini diharapkan dapat memberikan tingkat pengembalian yang baik bagi pemegang saham serta meningkatkan kepercayaan investor sehingga harga saham perseroan dapat mencerminkan kondisi fundamental perseroan yang sebenarnya,” kata Garibaldi.

Kemudian, di tahun 2022, perseroan melanjutkan buyback sampai selambat-lambatnya 21 September 2022. Faktor yang melandasi keputusan perpanjangan, menurutnya, adalah masih adanya ruang untuk terus melakukan pembelian dengan harga yang dianggap baik dan wajar oleh perseroan. (*)

Yosa Maulana dan Herning Banirestu

www.swa.co.id


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved