Leaders

Bank Rakyat Indonesia, Jurus Menjadi Home of Best Talent

Agus Winardono (tengah), Direktur Human Capital BRI, dan Issuhersatyo (nomor dua dari kanan), Kepala Divisi Human Capital Development BRI, bersama Tim.
Agus Winardono (tengah), Direktur Human Capital BRI, dan Issuhersatyo (nomor dua dari kanan), Kepala Divisi Human Capital Development BRI, bersama Tim.

Sebanyak 78% dari top leaders di PT Bank Rakyat Indonesia Tbk. (BRI), atau 14 dari 18 orang di posisi direksi dan senior vice president (SVP), merupakan talenta dari dalam perusahaan. Di samping itu, ada pula 16 orang yang menjadi top leader di anak-anak perusahaan bank BUMN ini. Hal ini, setidaknya, menggambarkan keberhasilan BRI dalam mencetak pemimpin bisnis melalui program leadership development yang digulirkannya.

Melahirkan pemimpin dari dalam perusahaan akan tetap menjadi fokus utama BRI. Sebagaimana dituturkan Issuhersatyo, Kepala Divisi Human Capital Development BRI, bank yang berdiri sejak 16 Desember 1895 ini sedang bertransformasi menuju cita-cita tahun 2025, yang disebut sebagai Revolution 2.0.

Di tahun tersebut, BRI –yang kini menjadi pemimpin pasar di kredit ultra mikro– ditargetkan menjadi The Most Valuable Bank in South East Asia dan Champion in Financial Inclusion. Aspirasi ini diterjemahkan dalam bentuk kinerja pencapaian kapitalisasi pasar sebesar US$ 75 miliar.

Issuhersatyo mengatakan, untuk mencapai cita-cita tersebut, langkah awalnya adalah BRI harus menjadi home to best talent. “Bagaimana kami harus bisa melahirkan generasi penerus yang bisa meneruskan bisnis BRI di masa depan dengan menerjemahkan Revolution 2.0. Sehingga, kami tentu jadi sangat concern ke enabler utamanya, yaitu menjadi home of best talent,” dia menegaskan.

Cita-cita tersebut diterjemahkan mulai dari proses perekrutan, kemudian proses seleksi talenta untuk bisa menjadi the next leader dengan pola-pola pengembangan yang komprehensif. Termasuk memiliki pola succession planning yang cukup baik, sehingga jaminan ketersediaan leader di setiap layer dapat dipastikan.

Dalam hal perjalanan pendidikan, Issuhersatyo menjelaskan, BRI memiliki pendidikan reguler, yang disebut BRILiaN Banking Officer Program, yakni pola rekrutmen yang memungkinkan talenta bisa masuk dari level asisten. Kemudian, ada Future Leader Program, merupakan program masuk sebagai karyawan BRI, yang secara umum dikenal dengan program management trainee atau officer development program.

Selanjutnya, setiap pegawai BRI di setiap layer wajib mendapatkan pendidikan melalui BRILiaN Leader Development Program. Menurut Issuhersatyo, ini pendidikan yang lebih mengedepankan sisi soft competency.

Lalu, juga ada pendidikan reguler di setiap jenjang yang disebut BRILiaN Specialist Development Program, yang lebih menekankan pada hard competency. Misalnya, pendidikan khusus untuk pemimpin (kepala) cabang dan kepala unit untuk menjamin kapabilitas mereka sebagai pemimpin cabang ataupun unit BRI.

Di samping itu, ada juga pendidikan yang sifatnya tambahan, misalnya kompetensi eksklusif bagi calon pemimpin BRI. “Kami mempunyai BRILiaN Leader Global dan BRILiaN Society Lead Program. Ini adalah tambahan bagi para hypo talent. Saat ini kami kembangkan dari Band I (senior vice president/executive vice president) sampai Band IV (manajer), di mana mereka ini kami lihat sebagai motor yang menggerakkan perusahaan. Mereka adalah talent yang sudah menempati posisi leader,” Issuhersatyo memaparkan.

Menurutnya, mereka itu sudah mampu memimpin timnya dan memberikan nilai tambah bagi perusahaan. Maka, diberikanlah pendidikan untuk mempercepat proses pematangan dalam leadership-nya, menambah wawasan globalnya, dan memberinya kesempatan untuk melakukan networking, sehingga bisa memotivasi para hypo talent ini untuk bisa semakin mantap menjalankan fungsinya.

Sementara itu, untuk memenuhi tuntutan dari Kementerian BUMN, bank BUMN ini mengembangkan juga program BRILiaN Young Future Leader. Tujuannya, mengakselerasi para talenta muda untuk bisa menduduki jabatan-jabatan di dalam perusahaan. Diharapkan, dalam waktu 12 tahun sejak diterima sebagai karyawan BRI, mereka sudah bisa menduduki posisi top management di Band I (SVP/EVP).

Ini merupakan upaya BRI untuk meletakkan dasar bahwa dalam pola pengembangan konsep ini ada tiga kompetensi utama.Yaitu, leadership competency, professional competency, serta technical & functional competency.

“CEO kami sudah berpesan juga, bahwa kami tidak hanya menciptakan economic value, tetapi social value juga harus kami perhatikan. Karena itu, pengembangan dari sisi leadership, professional, dan technical competency, semuanya harus lengkap untuk menjadi dasar seluruh konsep pengembangan leader-leader BRI ke depan,” kata Issuhersatyo. (*)

Arie Liliyah

www.swa.co.id


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved