Indonesia Best CFO

Evy Susanty, Empat Strategi di Jalur CFO 3.0

Evy Susanty, Empat Strategi di Jalur CFO 3.0

Keinginan, kemampuan, serta kondisi riil di lapangan sepertinya telah menautkan Evy Susanty untuk berada di jalan yang “benar”. Sebagai eksekutif yang lama bergelut di dunia energi (panas bumi serta minyak & gas) ―selain telekomunikasi dan konsultan―, perempuan 48 tahun ini tahu betul makna energi baru terbarukan (EBT) bagi umat manusia.

Sejalan dengan makin susutnya cadangan energi fosil, bumi yang makin panas, dan tekanan untuk mengurangi emisi, sulit dimungkiri EBT memang masa depan dunia. Bahkan, Pemerintah Indonesia berkomitmen mencapai 23% porsi EBT pada Bauran Energi Nasional di tahun 2025 sebagai salah satu pemenuhan target Kebijakan Energi Nasional dan Paris Agreement. Jagat bisnis pun mulai ramai-ramai menggunakan EBT. Paling kentara adalah makin maraknya mobil listrik.

Di tengah kondisi riil semacam itu, Evy ingin berkontribusi lebih banyak dalam pengembangan bidang EBT sebelum usianya memasuki kepala lima. Itu tekad personalnya. Itulah sebabnya, setelah 11 tahun berkiprah di Star Energy Group, dia masuk ke SUN Energy, April 2020. Dan, perusahaan pengembang proyek sistem tenaga surya di Indonesia ini menerima karena melihat kemampuan Evy yang telah malang melintang di sejumlah industri, di antaranya mengurusi proyek panas bumi di Star Energy.

“Mengapa saya memilih industri solar photo voltaic (Solar PV)? Alasannya sangat sederhana, yaitu karena matahari akan selalu terbit dan bersinar sepanjang hari. Gelombang cahaya matahari tersebut dapat diubah menjadi energi menggunakan teknologi Solar PV dan perangkatnya,” katanya.

Sebagai CFO SUN Energy, Evy mengemban tugas yang tak ringan. SUN Energy adalah perusahaan yang tergolong agresif dalam mendorong pemanfaatan tenaga surya di segala lapisan. Proyek sistem tenaga surya perusahaan ini terdapat di berbagai lokasi, mulai dari pabrik, gedung perkantoran, pusat perbelanjaan, hotel, fasilitas umum puskesmas, area pertambangan, sampai perumahan.

Mereka pun aktif dalam pengembangan smart city di sisi energi bersih dan ramah lingkungan. Yang menarik, mereka tidak hanya bermain di Indonesia, tapi juga mancanegara.

Alumni Universitas Tarumanagara ini harus memformulasikan strategi, mengoordinasikan dan memonitor proyek, serta mengevaluasi dan mengimplementasikan sinergi biaya. Juga, mengelola operasi SUN Energy di luar negeri.

Dalam mengemban tugas itu, Evy menggelar empat strategi. Pertama, growth and expansion. Dia harus merealisasikan rencana bisnis dan program kerja untuk menjadi market leader bisnis Solar PV di Indonesia.

Kedua, resources-financial. Di sini dia menentukan strategi dan mengeksekusi pembiayaan pengembangan proyek yang paling cost efficient and optimum, seperti lewat penerbitan green bond tenor 5-7 tahun sehingga arus keuangan perusahaan menjadi lebih baik.

Ketiga, resources-people. Selain mengurusi proyek dan aspek-aspek finansial, Evy juga mesti terlibat dalam menyiapkan successor dari internal perusahaan. Termasuk, memberikan bimbingan kepada generasi milenial dan Gen Z agar tumbuh menjadi calon-calon pemimpin yang piawai mengeksekusi rencana perusahaan dalam bisnis EBT.

Keempat, process, compliance, and IT. Evy pun menaruh perhatian pada pemanfaatan teknologi yang diyakininya menjadi kunci untuk mendukung pertumbuhan bisnis perusahaan. Menurutnya, melalui dukungan teknologi informasi (TI), proses bisnis, pengendalian internal, dan compliance terhadap regulasi dapat diselesaikan secara efektif sehingga SDM bidang keuangan dapat memfokuskan diri dalam analisis untuk mengambil keputusan, merancang strategi, dan memonitor eksekusi program kerja.

Jangan heran, empat strategi di atas menjadi fokus Evy, termasuk yang keempat. Aspek compliance dan TI memang penting dalam kelancaran proyek. Maklum, SUN Energy memberikan solusi terintegrasi, mulai dari konsep hingga konstruksi, seperti penentuan lokasi dan perizinan proyek, beragam model pembiayaan, penyewaan panel surya bagi pelanggan, hingga pemeliharaan setelah pemasangan sistem tenaga surya. Ini jelas berurusan dengan compliance dan TI.

Menyimak empat strategi tersebut, tak mengherankan jika peran CFO modern bagi Evy layak disebut “CFO 3.0” (Three Point O). Artinya, tugas-tugasnya sudah bertransformasi melampaui sekadar mengurusi fungsi manajemen keuangan (beyond financial management). CFO tidak hanya menjadi analis keuangan, tapi juga berselancar di atas transformasi digital sehingga mampu mendampingi CEO dalam mengambil keputusan berbasis data termutakhir.

Berpegang pada strategi tersebut, selama menjadi CFO SUN Energy, beberapa prestasi sudah ditorehkan Evy. Antara lain, terlibat dalam pemisahan antara Asset Company dan Development Company untuk menyiapkan SUN Energy menjadi pemain utama dalam area Solar PV di Indonesia serta regional, seperti di Thailand, Vietnam, Taiwan, dan Australia.

Dia berhasil pula menjalin hubungan bisnis yang baik dan membangun kepercayaan para investor. Hal itu ditunjukkan dengan keberhasilan menyelesaikan prasyarat utama dari aspek hukum, keuangan, dan compliance untuk melakukan pencairan pinjaman senilai US$ 23 juta dari multinational lender untuk membangun Solar PV dengan total kapasitas 50 Mega Watt peak (MWp) dalam kurun waktu kurang dari 2,5 tahun.

Yang juga bikin bangga, Evy berhasil menghemat lebih dari US$ 1,75 juta dari hasil mendesain ulang lingkup financing dan negosiasi fees dengan terstruktur sehingga tercipta sinergi dalam bisnis.

Kendati sudah mencatat sejumlah keberhasilan, Evy tak mau menepuk dada dan terlena. Seperti keinginannya semula, dia ingin bisa berkontribusi untuk EBT. Itu artinya dia akan semakin sibuk di masa mendatang. Tentunya, tetap dengan kerangka CFO 3.0. Di luar itu, dia berharap bisa menjadi saksi Indonesia mampu mewujudkan target net zero emission di tahun 2060. Harapan yang sejatinya dimiliki seluruh masyarakat. (*)

Teguh S. Pambudi dan Herning Banirestu

www.swa.co.id


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved