Indonesia Best CFO

Jimmy Kadir, CFO Moratelindo; Berperan Ganda: Pengatur Keuangan dan Penyusun Rencana Bisnis

Pandemi virus corona memengaruhi rencana bisnis di seluruh sektor usaha, termasuk sektor teknologi dan informasi (TI). Berbagai langkah adaptasi, terutama di bidang keuangan, disusun ulang untuk diimplementasikan oleh perusahaan TI agar menyokong laju bisnis. Sebut contoh, PT Mora Telematika Indonesia (Moratelindo), perusahaan jasa dan infrastruktur telekomunikasi.

Moratelindo mengalami beragam kendala sehingga rencana bisnis disusun sedemikian rupa agar selaras dengan kondisi bisnis yang terdampak pandemi. Menghadapi kondisi yang demikian, manajemen perusahaan berharap besar tehadap peran dan kontribusi chief financial officer-nya.

Hal ini direspons oleh Jimmy Kadir, CFO sekaligus Wakil Dirut Moratelindo, untuk melakukan efisiensi dan memainkan peran ganda sebagai pengatur keuangan sekaligus penyususn rencana bisnis. “Salah satu efisiensi biaya adalah di lini maintenance, yang tadinya menggunakan vendor, tetapi saat ini dari internal. Kami sudah memiliki tim internal yang bisa memperbaiki kabel apabila kabel kami putus,” kata Jimmy.

Dia berani mengambil langkah taktis untuk memuluskan beragam program pengembangan bisnis Moratelindo. “Tahun 2020 ini adalah tugas paling berat untuk saya. Biasanya, strategi bisnis diambil oleh CEO. Tapi, tugas ini diserahkan kepada saya,” ucap Sarjana Ekonomi dari Universitas Trisakti, Jakarta (2001) ini. Pandemi yang berdampak negatif terhadap arus kas Moratelindo memacunya mencari dana segar untuk membiayai proyek perusahaan.

Jimmy berinisiatif menerbitkan sukuk yang digunakan untuk pembiayaan kembali utang (refinancing) dan ekspansi bisnis. Di tahun ini, dia menginisiasi penerbitan obligasi syariah atau sukuk ijarah berkelanjutan I tahap III tahun 2020 senilai Rp 389,51 miliar yang tercatat di Bursa Efek Indonesia pada 8 Oktober 2020. Sukuk ijarah ini terdiri atas dua seri, yaitu Seri A dengan nilai sisa imbalan ijarah sebesar Rp 333,365 miliar dan Seri B dengan nilai sisa imbalan ijarah sebesar Rp 56,150 miliar.

Aksi korporasi Moratelindo itu melanjutkan keberhasilan penerbitan sukuk ijarah berkelanjutan I Moratelindo tahap I yang diterbitkan pada 2019 senilai Rp 1 triliun dan sukuk ijarah berkelanjutan I Moratelindo tahap II tahun 2020 sebesar Rp 277 miliar yang tercatat di BEI pada 12 Agustus tahun ini. “Total penggalangan dana dari sukuk ijarah di tahun 2020 mencapai Rp 666 miliar, ini merupakan bukti kepercayaan investor kepada Moratelindo,” ungkap Jimmy.

Sukuk ini memperoleh hasil pemeringkatan Sukuk Ijarah A(sy) atau Single A Syariah dari PT Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo). Seluruh dana yang diperoleh dari penerbitan sukuk di tahun ini digunakan untuk kebutuhan refinancing sebesar 75% dan sisanya (25%) untuk kebutuhan investasi, yaitu pembiayaan backbone dan access, termasuk perangkat dan infrastruktur pasif dan aktif. Selain itu, akan digunakan pula untuk pembangunan inland cable, kotak utilitas atau ducting, dan perangkat penunjang infrastruktur.

Rekam jejak Moratelindo menerbitkan surat utang itu merupakan hasil manis yang dilakukan Jimmy ketika menggalang dana dari investor di tahun sebelumnya. Dia memuluskan penerbitan obligasi senilai Rp 1 triliun dari Obligasi 1 Moratelindo Tahun 2017.

Sebelumnya, perusahaan yang berdiri sejak tahun 2000 ini kurang greget mencari pendanaan dari surat utang dan pinjaman bank. Jimmy mendorong Moratelindo untuk berani menempuh risiko yang terukur berbasis analisis untuk memitigasi risiko. Nah, tak mengherankan, investor dan perbankan meyakini kemampuan Moratelindo membayar utang. Makanya, pada November 2020 perusahaan ini memperoleh pinjaman dari PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. senilai Rp 240 miliar dan PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. sebesar Rp 540 miliar.

Jimmy menjelaskan, tantangan bisnis yang dihadapi Moratelindo di masa pandemi, antara lain, perekonomian global terkontraksi, kepercayaan investor menurun, bank selektif memilih debitur, dan terbatasnya jam kerja lantaran diberlakukan pembatasan sosial berskala besar (PSBB). Kendati demikian, dia mengendus peluang bisnis fiber to the home (FTTH) yang menyasar segmen ritel. “Pengguna FTTH meningkat karena masyarakat bekerja di rumah,” ujar pria yang menjabat sebagai CFO Moratelindo sejak April 2016 ini.

Moratelindo dikenal sebagai penyedia internet tercepat di Indonesia. Merujuk data Steam, perusahaan penyedia game terbesar di dunia, kecepatan mengunduh (download)-nya tercatat mencapai 40,1 Mbps. Oxygen.id, produk layanan internet milik Moratelindo, memiliki stabilitas berselancar internet, bermain game online, video streaming, internet rumah, serta beragam layanan lainnya.

Ini ditopang pula oleh pelayanan konsumen yang andal, harga yang kompetitif, dan reputasi yang baik. Perusahaan ini berhasil menyelesaikan proyek Palapa Ring, pembangunan infrastruktur telekomunikasi strategis nasional. Anak usaha Moratelindo, yaitu PT Palapa Ring Barat dan PT Palapa Ring Timur Telematika, berhasil membangun poyek Palapa Ring Paket Timur dan Paket Barat.

Anak perusahaan Moratelindo lainnya adalah Moratel International Pte. Ltd., PT Oxygen Multimedia Indonesia, dan PT Oxygen Infrastruktur Indonesia. Jimmy berancang-ancang menggalang pendanaan dengan melaksanakan penawaran saham perdana (IPO) Moratelindo di BEI pada 2021.

Saham Moratelindo dimiliki PT Candrakarya Multikreasi (57,5%) dan PT Gema Lintas Benua (42,5%). Awalnya, Moratelindo menggarap bisnis penyedia internet dan menjual kartu telepon. Tahun 2007, perseroan bertransformasi menjadi perusahaan penyedia infrastruktur telekomunikasi dengan membangun Java Backbone.

“Tahun 2017 kami masuk ke pasar ritel dengan merek Oxygen untuk segmen fiber to the home dan menyelesaikan paket Palapa Ring Paket Barat dan Palapa Ring Paket Timur pada 2018 hingga 2019. Di Januari 2020, kami mulai membangun ducting dan microcell pole di Semarang yang nilai investasinya Rp 617 miliar,” Jimmy menuturkan. Panjang kabel fiber optik Moratelindo pada 2007-2020 bertambah menjadi 42.366 km dari sebelumnya 7,5 km.

Mengenai kinerja keuangan, Jimmy menjabarkan, pendapatan konsolidasi di tahun 2019 senilai Rp 4 triliun. Hingga pertengahan tahun ini, pendapatan sudah mencapai Rp 3,6 triliun. Penghitungan pendapatan Moratelindo disesuaikan dengan prinsip akuntansi ISAK (Interpretasi Standar Akuntansi Keuangan) 16 tentang Perjanjian Konsesi Jasa yang mengakui pendapatan berdasarkan progress proyek.

“Peran saya, selain mengelola keuangan, juga menjadi partner strategis dalam pertumbuhan dan inovasi. Kami mengatur ritme laju bisnis dan mengemban tugas untuk mewujudkan transformasi digital,” ungkap Jimmy. (*)

Andi Hana Mufidah Elmirasari & Vicky Rachman

www.swa.co.id


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved