Next Gen

Moshe Panjaitan, Terapkan Filosofi Keluarga untuk Arungi Bisnis IoT

Moshe Panjaitan, CEO PT Miota Internasional Teknologi.
Moshe Panjaitan, CEO PT Miota Internasional Teknologi.

Perjalanan Moshe Panjaitan berbisnis Internet of Things (IoT) bermula dari pengalamannya ketika bekerja di Agung Concern Group, perusahaan yang didirikan kakek-neneknya, Samuel Panjaitan (almarhum) dan Ostina Emanuel Panjaitan. Perusahaan yang beroperasi sejak 1954 ini menggarap bisnis otomotif hingga logistik.

Ayah Moshe, Ilham Panjaitan, melanjutkan legasi bisnis kedua orang tuanya itu. Meski demikian, Ilham tidak mengistimewakan putranya ini tatkala berkarier di perusahaan yang terafiliasi dengan Agung Concern Group. Sebaliknya, Moshe terpacu melakukan terobosan digital untuk menyokong laju bisnis perusahaan.

Moshe menerapkan ilmu yang diperolehnya di bangku kuliah untuk melakukan digitalisasi di Agung Concern Group. Maklum saja, pria yang murah senyum ini lulusan Massachusetts Institute of Technology, Amerika Serikat (2016-2018). Tak mengherankan, inovasi bisnis yang diluncurkan Moshe antara lain aplikasi Agung Toyota di 2019 untuk memudahkan konsumen membeli mobil, dan layanan pascajual di telepon pintar (smartphone). Tamatan University of Washington (2010-2014) ini pernah berkarier sebagai Manajer Penjualan di Agung Toyota (2016-2017) dan Manajer Pengembangan Bisnis Agung Logistics (2017-2018).

Kini, Moshe bertualang sebagai pengusaha IoT melalui PT Miota Internasional Teknologi yang didirikannya pada 2018. Ia pun mengadopsi serta menerapkan nilai dan budaya kerja Agung Concern Group ke Miota.

“Saya banyak belajar leadership dan cara mengelola perusahaan dari ayah. Kalau ibu, menyemangati saya untuk selalu mencoba yang terbaik dalam segala hal dan opung perempuan mengajarkan etika bersikap serta berinteraksi dengan siapa pun, berpikir yang lurus dengan hati yang tulus, berpikir terbuka, dan memahami perspektif orang lain,” tutur Moshe mengenai nilai-nilai yang diperoleh dari keluarganya.

Adapun nilai korporat yang dianut Miota adalah Innovation, Collaboration, Integrity, dan Commitment yang diimplementasikan oleh 50 pegawainya. Contoh implementasi nilai ini, Moshe bersama tim mengembangkan inovasi yang feasible untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat serta fokus dan memprioritaskan beberapa target segmen konsumen.

“Salah satu inovasi Miota yang paling penting adalah menerapkan vertical integration terhadap proses pengembangan teknologi dan utilisasi teknologi LoRa (Long Range) terbesar di dunia yang terkoneksi ke 50 ribu unit,” Moshe menjabarkan. Miota membidik pelanggan dari kalangan BUMN, perusahaan swasta, dan instansi pemerintah.

Walau masih seumur jagung, Miota mampu menggaet konsumen kelas kakap, antara lain Telkomsel (Automation System), PLN Medan (Transformer Box), dan Dinas Lingkungan Hidup Jakarta (Monitoring System). Pencapaian ini memacu pertumbuhan omset dan aset Miota. “Pertumbuhan aset Miota dari Januari 2020 hingga September lalu telah mencapai 22%,” kata Moshe, co–founder Miota yang mengemban amanah sebagai CEO ini.

Peluang Miota mengeruk cuan cukup tinggi lantaran penetrasi IoT tergolong rendah dan ceruk pasarnya sangat besar. Nilai pasar IoT, menurut Asosiasi IoT Indonesia, diestimasikan berkisar US$ 13 miliar-14 miliar di 2020. IoT membutuhkan jaringan internet berkecepatan tinggi. Realisasi pembangunan Palapa Ring kian menunjang pertumbuhan ekosistem IoT. Ke depan, Moshe meyakini, korporasi hingga pemerintah daerah akan banyak yang bertranfsormasi dengan menerapkan IoT yang selaras dengan upaya pemerintah menggalakkan revolusi industri 4.0.

Moshe menyebutkan, keuntungan IoT untuk konsumennya adalah mengintegrasikan proses operasional dan menghemat biaya, misalnya memangkas biaya listrik sebesar 30%-40%. “Diferensiasi IoT yang disediakan Miota adalah vertical integration dari design hardware, firmware, software, connectivity, analisis big data-nya, dan berkolaborasi dengan mitra yang ahli di berbagai segmentasi market,” ia menjelaskan,

Selain itu, Miota menawarkan model bisnis BOT (Build–Operate–Transfer) dan managed service yang memberikan opsi kepada konsumen untuk tidak mengeluarkan belanja modal di tahap awal. Maksud skema ini, dana investasi teknologi digelontorkan terlebih dahulu oleh Miota sehingga konsumen tidak perlu mengeluarkan belanja modal di fase awal. “Karena, kami yang akan menanggung itu. Konsumen akan menikmati manfaatnya begitu semua hal itu beroperasi,” kata Moshe. Miota juga berkolaborasi dengan mitra untuk menyodorkan jasa IoT di bidang transportasi, logistik, dan rekayasa teknologi untuk sektor manufaktur.

Moshe mengenang cikal bakal Miota, yang bermula dari perjumpaan dengan investor dan kolega yang berkutat di IoT dan bidang lainnya. “Kami ingin mengembangkan market IoT di Indonesia yang sangat potensial,” ujar pengusaha kelahiran 1992 ini. Tak perlu berlama-lama, Moshe dan rekan-rekannya, melalui Agung Ventures (lembaga modal ventura), berinvestasi di Miota serta mengembangkan skala bisnis IoT.

Bisnis Miota ini sesuai dengan minat Moshe untuk menekuni bisnis teknologi. “Saya juga diberi mandat oleh pemegang saham untuk memimpin Miota,” ungkap Moshe yang tercatat sebagai Founding Managing Partner Agung Ventures sejak 2018.

Agar konsumen semakin melek IoT alias internet untuk berbagai macam hal, Moshe bersama tim Miota rutin mengedukasi konsumen dan melakukan bauran pemasaran konvesional dan digital, khususnya di era pandemi ini. Contohnya, seminar virtual (webinar) IoT-nya diapresiasi peserta dari berbagai perusahaan dan instansi pemerintah. Ujung-ujungnya, peluang menjalin kemitraan kian terbuka lebar.

“Saat ini, target konsumen yang kami prioritaskan adalah industri listrik, air, gas, maupun korporasi yang bisa mendapatkan direct benefit besar dari segi efisiensi dan transparansi menggunakan IoT,” Moshe menuturkan. Selain menggarap pasar domestik, ia ingin membesarkan skala bisnis dan meluaskan jangkauan pasar Miota ke mancanegara di masa mendatang. (*)

Vicky Rachman

www.swa.co.id


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved