My Article

Inovasi Saja Tidak Cukup!

Oleh Editor
Inovasi Saja Tidak Cukup!

Oleh : N. Rengka Johanes, Direktur Lesca Dana Jakarta

N. Rengka Johanes, Direktur Lesca Dana Jakarta

Inovasi menurut guru managemen Peter Drucker, dibutuhkan oleh setiap organisasi. Karena itu, Drucker mengatakan bahwa inovasi itu suatu perilaku “tamak” akan hal baru ( greedy for new things ). Perilaku inovatif harus dimiliki oleh setiap pemimpin dalam suatu organisasi. Pertanyaannya adalah adakah hal baru di muka bumi ini? Rasanya tidak ! Yang ada adalah memperbaiki yang ada agar menjadi lebih baik, lebih efisien. Itulah inovasi yang sesungguhnya. Penulis ingin menceritakan dua kisah nyata, tentang inovasi yang gagal. Bukan karena inovasi itu buruk, tetapi ada kondisi lain yang harus dipenuhi agar suatu inovasi dapat berhasil.

Kisah pertama. Tentang Efosa Ojomo. Ia lulusan Harvard University dan bekerja di Amerika sebagai konsultan. Dalam sebuah wawancara bersama dengan koleganya Clayton Christensen, yang temanya tentang inovasi ada hal yang menarik yang diceritakan oleh OJOMO. Ia bercerita, setelah ia 8 tahun di Amerika, kemudian kembali ke negaranya di Afrika. Ia menyaksikan betapa susahnya kehidupan masyarakat di desanya di Afrika. Banyak orang miskin. Bahkan untuk mandi pun sulit mendapatkan air bersih. OJOMO berpikir, masyarakat tentu membutuhkan air. Sehingga timbul ide, untuk membuat sumur pompa, agar masyarakat bisa menikmati air bersih untuk mandi, mencuci, memasak dan sebagainya. Sehingga diharapkan masyarakat akan hidup lebih sehat. Lalu ia mengajak masyarakat untuk menggali Sumur Bor atau Sumur Pompa. Air pun jadi lancar. Masyarakat senang, karena kerinduan mereka akan air bersih terpenuhi. OJOMO sang penyelemat ini kemudian kembali lagi ke Amerika dan meneruskan kehidupannya di sana.

Beberapa bulan kemudian, ia mendapat khabar bahwa Sumur Pompa yang dihadiahkannya kepada masyarakat sudah rusak. Tidak ada yang bisa memperbaiki. Dan masyarakat kembali hidup seperti sedia kala. Susah air. OJOMO mengatakan ada ” kekeliruan ” yang dia lakukan. Menggali Sumur Pompa adalah inovasi yang keliru. Mengapa? Karena inovasi seharusnya memberdayakan dan menciptakan pekerjaan baru. Ia seharusnya mengajarkan masyarakat cara memelihara Pompa dan bagaimana memperbaikinya jika ada kerusakan. Oleh sebab itu OJOMO mengatakan ” Inovasi ” seharusnya memperhatikan satu hal penting yaitu : Creating prosperity !

Kisah kedua. Thomas A. Edison, sang penemu besar Amerika. Diceritakan bahwa ia telah mengusulkan mesin pemungutan suara untuk meningkatkan prosedur pemungutan suara yang digunakan oleh Kongres Amerika Serikat. Dia menunjukkan perangkatnya kepada Ketua DPR dan Presiden Senat. Dengan perangkatnya setiap Perwakilan dan Senator akan memiliki tiga tombol di lengan kursinya; tombol merah untuk tidak, tombol hijau untuk ya dan tombol putih untuk abstain. Edison mengusulkan bahwa, ketika sinyal untuk memilih diberikan, setiap Anggota akan menekan tombol yang sesuai dan kedua catatan tentang bagaimana masing-masing memilih dan total suara akan ditampilkan secara instan. Edison dengan bangga meyakinkan Juru Bicara dan Presiden Senat bahwa perangkatnya akan menghilangkan kesalahan perhitungan, mengurangi waktu untuk pemungutan suara dengan tingkat akurasi yang sangat besar, dan sebagainya. Dia benar-benar terkejut ketika Ketua DPR dan Presiden Senat memotongnya dengan kasar dan memberitahunya bahwa sistem seperti itu sama sekali tidak diinginkan, alih-alih meningkatkan operasional DPR atau Senat, bahkan justru mengganggu tata tertib Kongres Amerika Serikat. Apa yang merupakan perbaikan dari sudut pandang Edison tidaklah demikian dari sudut pandang Kongres. Penundaan hasil pemungutan suara merupakan bagian integral dari proses musyawarah yang dipilih Kongres. Ternyata apa yang ditawarkan Edison, perhitungan suara yang lebih cepat, tidak kompatibel dengan tujuan Kongres.

Apa kesimpulan kita dari dua kisah di atas? Menurut hemat penulis, agar inovasi berhasil paling tidak memenuhi beberapa syarat. Antara lain, pertama, para pengguna memiliki ketrampilan baru, jika tidak maka inovasi akan menjadi sia-sia ( kisah OJOMO di atas ). Kedua, ketika menemukan suatu inovasi, maka diperlukan pelatihan, agar sesuatu yang baru itu, tidak gagal di tengah jalan. Sehingga inovasi tidak membuang biaya yang besar. Ketiga, inovasi harus bisa diukur. Apa yang diukur? Yaitu tingkat kepuasan pemakai ( users ) atas penemuan baru itu. Dengan tiga prasyarat dasar ini niscaya inovasi akan menjadi bermanfaat untuk masa depan suatu organisasi, atau dengan meminjam ungkapan Edwards Deming dalam bukunya Out Of The Crisis, One requirement for innovation is faith that there will be a future.


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved