My Article

Reorientasi Pemberdayaan Desa

Oleh Editor
Reorientasi Pemberdayaan Desa

Oleh: DR. Herbert Siagian, M.Sc., Pemerhati Ekonomi dan Kelembagaan Lokal

DR. Herbert Siagian, M.Sc., Pemerhati Ekonomi dan Kelembagaan Lokal

Jumlah penduduk perdesaan di Indonesia terus menurun, sementara jumlah penduduk perkotaan terus mengalami peningkatan. Data BPS menunjukkan bahwa pada tahun 2015 prosentase penduduk perkotaan di Indonesia sebesar 53,3% dan proyeksi tahun 2035 sebesar 66,6%. Angka-angka ini juga selaras dengan pertumbuhan penduduk kota-desa di dunia. Data PBB tentang kependudukan menunjukkan bahwa pada tahun 1950 hanya 30% penduduk dunia tinggal di perdesaan. Urbanisasi penduduk dari perdesaan ke perkotaan merupakan salah satu faktor utama menurunnya jumlah penduduk di perdesaan dan meningkatnya penduduk di perkotaan.

Upaya menahan laju urbanisasi dilakukan pemerintah sejak dulu, salah satunya dengan program pemberdayaan desa. Berbagai program pemberdayaan ini umumnya bertujuan untuk menciptakan peluang kerja, sehingga masyarakat desa dapat tetap tinggal dan bekerja di desa. Namun secara empirik tujuan tersebut tidak berhasil, masyarakat desa tetap saja pergi ke kota. Demikian pula minat masyarakat perkotaan kembali dan bekerja di desa, sangatlah minim. Bahkan, dengan diberlakukannya Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa, pemerintah memberikan dana kepada seluruh desa di Indonesia, yang saat ini jumlahnya sekitar 75.000 desa. Pemberian dana desa dimulai tahun 2015, dan tahun-tahun berikutnya terus dialokasikan. Sampai tahun 2022, total dana desa yang sudah diberikan sebesar Rp 400 Triliun lebih.

Apakah dengan dana desa tersebut, program pemberdayaan desa berhasil? Pertanyaan ini sulit dijawab dan debatable. Namun kalau tujuan program tersebut tidak dirubah dan tetap untuk menciptakan lapangan kerja di desa agar masyarakat desa ingin untuk tetap tinggal dan bekerja di desa dan masyarakat perkotaan berminat datang dan bekerja di desa, maka secara empirik tujuan itu sampai hari ini belum terlihat hasilnya. Bahkan tujuan itu tampaknya tidak akan pernah membuahkan hasil. Artinya, tujuan program pemberdayaan desa kedepan harus berubah, dan tujuan baru harus ditemukan. Reorientasi pemberdayaan desa harus dilakukan. Tujuan pemberdayaan desa kedepan harus berorientasi pada kondisi kekinian dan masa datang yang mencakup antara lain kemandirian masyarakat perdesaan dan kepedulian masyarakat perkotaan.

Program pemberdayaan desa kedepan harus mempunyai tujuan meningkatkan kapasitas desa dan masyarakat desa untuk memiliki kemandirian. Kondisi geografis Indonesia berupa kepulauan, menyebabkan jumlah dan luas wilayah desa di Indonesia relatif tetap, atau kalaupun berkurang dan berubah menjadi kota, perubahannya sangat lambat. Akan tetapi dengan sarana dan prasarana mobilitas manusia yang semakin baik, penduduk desa akan semakin mudah berpindah menjadi masyarakat perkotaan. Bilamana saat ini suatu desa masih dihuni oleh ribuan orang maka dalam 5-10 tahun kedepan penduduk desa hanya akan tinggal separuhnya saja. Penduduk desa yang tinggal sedikit ini nantinya dituntut untuk mengelola sumber daya desa dengan kapasitas dan produktivitas yang relatif tetap seperti sekarang ini.

Kenapa desa harus terus dikelola? Ini karena berbagai sumber daya yang ada di desa sangat diperlukan oleh masyarakat perkotaan, misalnya pangan, sumber air dan bahan baku lainnya. Dengan jumlah penduduk desa yang sedikit tersebut, penduduk desa harus diperlengkapi dengan peralatan dan perlengkapan yang canggih untuk dapat mengelola sumber daya di desa. Sejalan dengan itu, peningkatan keterampilan penduduk desa juga harus dilakukan agar dapat mengelola sumber daya desa secara efisien dan produktif, termasuk juga keterampilan untuk melestarikan lingkungan di desa.

Untuk mendukung tercapainya tujuan kemandirian ini, mentalitas masyarakat desa harus dibangun. Mentalitas tersebut adalah rasa bangga menjadi masyarakat desa dan untuk tetap tinggal di desa. Masyarakat desa menjadi andalan dalam memenuhi berbagai bahan baku dan sumber daya yang diperlukan masyarakat perkotaan. Menjadi masyarakat desa harus diyakinkan menguntungkan, karena mereka hidup dalam lingkungan yang bersih, indah dan asri, dengan tingkat stress dan beban kehidupan yang rendah, serta hubungan sosial yang positif. Desa menyajikan prasyarat yang hakiki bagi masyarakatnya untuk dapat hidup sehat dan usia harapan hidup yang panjang. Kenyamanan personal juga tetap dapat dirasakan oleh masyarakat desa yaitu melalui kemajuan teknologi informasi, sehingga masyarakat desa tetap dapat mempunyai wawasan yang luas dan informasi yang mutakhir.

Selanjutnya, program pemberdayaan desa kedepan harus mempunyai tujuan mengedukasi masyarakat perkotaan untuk mempunyai rasa peduli terhadap desa. Masyarakat perkotaan di masa datang akan semakin memilih untuk menggunakan barang/mengkonsumsi makanan yang aman dan sehat. Untuk memperolehnya, masyarakat perkotaan akan semakin mengandalkan outlet-outlet penjualan, seperti pasar, toko, mini/super market dan department store. Barang/makanan tersebut harus dapat disediakan secara rutin, dan dalam jumlah yang cukup. Sejalan dengan tren kebutuhan dan keinginan tersebut, masyarakat perkotaan harus diedukasi untuk memiliki rasa peduli terhadap desa sebagai sumber barang/makanan yang aman dan sehat.

Masyarakat perkotaan juga dicirikan dengan kehidupannya yang penuh dengan tekanan/stres. Kedepan, masyarakat perkotaan akan mengelola tekanan/stres ini agar dapat terkendali dan tidak menimbulkan berbagai penyakit degeneratif. Untuk itu diperlukan upaya-upaya misalnya dengan membangun taman kota atau menciptakan ruang-ruang terbuka hijau. Masyarakat perkotaan juga akan menciptakan suasana tempat tinggal, halaman dan lingkungan sekitarnya dengan bercirikan lingkungan. Produk atau bahan baku buatan (artificial) akan berkurang, sebaliknya produk dengan bahan baku yang berasal dari alam seperti kayu serta tanaman hidup akan semakin dipilih. Konsekuensinya desa akan menjadi tempat untuk memperoleh berbagai produk atau bahan baku alamiah bagi masyarakat perkotaan.. Masyarakat perkotaan juga akan sering melakukan wisata ke desa-desa, mencari tempat-tempat atau akomodasi di desa yang modern tetapi alamiah, dengan paket-paket atraksi seperti cara menanam, cara membajak, cara memancing ikan, dan lain sebagainya. Dengan demikian, masyarakat perkotaan harus memiliki rasa peduli kepada desa sebagai sumber dan tempat untuk mengelola tekanan/stres kehidupan di perkotaan.

Untuk mendukung tercapainya tujuan kepedulian ini, mentalitas masyarakat perkotaan harus dibangun. Di satu sisi, masyarakat perkotaan akan sangat bergantung dengan berbagai bahan baku yang ada di desa. Di sisi lain, masyarakat desa hanya sedikit jumlahnya untuk dapat memenuhi kebutuhan akan bahan baku masyarakat perkotaan. Dengan demikian masyarakat perkotaan harus mempunyai mentalitas berhemat. Masyarakat perkotaan harus semakin disadarkan untuk ramah terhadap lingkungan serta mengolah sampah/limbah untuk dapat digunakan kembali. Membeli produk dengan bahan baku yang selalu baru, akan sangat mahal. Demikian pula untuk membuang begitu saja sampah/limbah, akan merusak lingkungan perdesaan, karena tempat pembuangan sampah umumnya berada di wilayah pinggiran perkotaan termasuk di perdesaan. Kerusakan lingkungan perdesaan akan mengganggu daya dukung desa dalam menyediakan bahan baku dan sumber daya bagi masyarakat perkotaan.


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved