Trends

Majukan Industri Fintech demi Pemulihan Ekonomi Nasional

Majukan Industri Fintech demi Pemulihan Ekonomi Nasional
Fintech Summit 2022

Asosiasi Fintech Indonesia (AFTECH), Bank Indonesia (BI), Otoritas Jasa Keuangan (OJK), dan Asosiasi Fintech Pendanaan Bersama Indonesia (AFPI) menggelar 4th Indonesia Fintech Summit,10-11 November 2022 di Bali secara hibrida (luring dan daring) dengan mengusung tema “Moving Forward Together: The Role of Digital Finance and Fintech in Promoting Resilient Economic Growth and Financial Stability”.

Selama satu bulan ke depan, akan ada beragam kegiatan literasi dan edukasi yang dapat dihadiri oleh seluruh masyarakat Indonesia dan global secara daring melalui www.fintechsummit.co.id dengan menghadirkan webinar, rangkaian program promosi serta insentif untuk menggunakan fintech dari lebih dari 70 penyelenggara fintech, dan kesempatan mengakses lebih dari 180 lowongan pekerjaan di industri fintech. Bulan Fintech Nasional (BFN) 2022 akan diakhiri dengan BFN Expo dan closing ceremony yang dapat diikuti oleh masyarakat umum secara luring di Yogyakarta pada 11–12 Desember 2022.

Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan menyebut, komitmen AFTECH dalam menggelar Indonesia Fintech Summit dan Bulan Fintech Nasional dengan melibatkan banyak pihak setiap tahunnya secara rutin menjadi langkah awal dalam mengembangkan ekosistem digital di Tanah Air. Menurutnya, sinergi antar pemerintah, asosiasi, dan pelaku industri fintech mendorong kemajuan dalam digitalisasi, khususnya Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM).

“Ekonomi digital di Indonesia memiliki prospek yang sangat baik dengan perkiraan mencapai USD124 miliar sampai USD146 miliar pada 2025 karena adanya dorongan akselerasi perkembangan ekonomi digital dengan berbagai inovasi yang dilakukan. Sebanyak 74.000 desa di Indonesia juga dapat berpotensi dijangkau oleh fintech sehingga layanan keuangan digital juga semakin dijangkau oleh seluruh masyarakat Indonesia,” ujar Luhut.

Ketua Dewan Komisioner OJK Mahendra Siregar, menilai bahwa nilai ekonomi digital di Indonesia diprediksi mencapai lebih dari USD330 miliar pada 2030. Menurut Mahendra, untuk mencapai angka tersebut, pemerintah bersama BI dan OJK terus melakukan koordinasi untuk memastikan kebijakan dan layanan kepada perusahaan untuk untuk dapat mendukung pencapaian target tersebut.

“Hal terbaik yang sekiranya dapat dilakukan regulator adalah mempromosikan layanan inovasi digital dan mengurangi potensi risiko yang sekiranya dapat muncul. Apalagi, saat ini ekonomi digital domestik bernilai lebih dari USD70 miliar, di mana itu adalah yang tertinggi di ASEAN. Dengan demikian, Indonesia akhirnya dapat menjadi tongkat yang kuat bagi pertumbuhan ekonomi regional di ASEAN,” kata Mahendra.

Deputi Gubernur Bank Indonesia (BI) Doni P. Joewono menyatakan, transformasi digital perbankan terus berlanjut, ditunjukkan dengan transaksi kanal pembayaran digital perbankan yang tumbuh sebesar 26,44% (year on year). “Perbankan dan fintech perlu berkolaborasi dan berkompetisi untuk meningkatkan kualitas layanan. Akselerasi transaksi digital memerlukan infrastruktur yang cepat, efisien dan aman. Untuk mengoptimalkan hal tersebut, BI melangkah bersama transformasi digital bagi pemulihan ekonomi melalui Blueprint Sistem Pembayaran Indonesia (BSPI) 2025 guna menciptakan ekosistem pembayaran digital yang sehat. Kita percaya bahwa digitalisasi dapat mentransformasikan masa depan yang lebih baik melalui sinergi regulator dan industri untuk menghadapi tantangan sehingga bermanfaat bagi masyarakat,” tutur Doni.

Ketua Umum AFTECH Pandu Patria Sjahrir, mengatakan bahwa 4th Indonesia Fintech Summit dan Bulan Fintech Nasional 2022 bertujuan untuk mendukung upaya kolaboratif dalam mencapai keseimbangan antara inovasi, pertumbuhan, serta tata kelola keuangan digital dan fintech yang baik, juga mendorong percepatan pemulihan ekonomi dan pertumbuhan yang berkelanjutan.

“Dalam mencapai tujuan tersebut, inklusi keuangan menjadi salah satu hal yang harus didorong.

Selain itu, regulasi yang kondusif juga menjadi kunci pengembangan industri fintech yang berkelanjutan. Hal ini menjadi pekerjaan rumah bersama, baik pemerintah, asosiasi, pelaku industri, serta masyarakat. Dengan kolaborasi yang semakin solid, kami percaya perekonomian masyarakat akan kembali pulih, bahkan dampak positifnya akan dirasakan dalam jangka panjang,” kata Pandu.

Ketua Umum Asosiasi Fintech Pendanaan Bersama Indonesia (AFPI) Adrian Gunadi menyebutkan hingga saat ini pembiayaan kepada UMKM masih menghadapi sejumlah tantangan, salah satunya terkait data. Berdasarkan sebuah riset yang dilakukan bersama dengan salah satu lembaga riset, demografi UMKM di Indonesia sudah sangat jauh berubah seiring dengan kemajuan teknologi yang ada saat ini.

Jika, dilihat lebih dalam, sektor UMKM saat ini terbagi ke dalam empat subsegmen di mana terdapat pemain-pemain baru yang dulu belum ada sebelumnya, seperti konten kreator youtube, pelaku digital advertising dan lain-lain. Pemahaman akan jenis bisnis UMKM yang ada ini sangat penting untuk memetakan sejumlah hal dalam upaya pendanaan.

“Jadi, sebenarnya tantangan terbesar bagi kami selaku penyedia pendanaan bagi UMKM, yakni

dimana dan bagaimana kami harus memulai, bagaimana kami harus melakukan penskalaan, bagaimana kami bisa menjaga risiko yang ada guna memastikan industri fintech lending bisa terus bertumbuh tetapi juga bisa memiliki portofolio yang bagus,” ungkap Adrian.


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved