Capital Market & Investment

Tahan Banting, Ini Reksa Dana Indeks Untuk Pilihan Investasi

Ilustarsi investasi reksa dana indeks. (foto Ubaidillah/SWA)

Menjelang tahun politik, reksa dana indeks dapat menjadi pilihan dalam melakukan diversifikasi investasi. Investasi reksa dana indeks dinilai memiliki risiko yang terukur sekaligus tingkat pengembalian investasi (return) yang lebih optimal.

Teguh Bagja S selaku Head of Investment Specialist PT Syailendra Capital mengatakan salah satu reksa dana indeks yang dapat menjadi pilihan investor adalah reksa dana indeks Syailendra MSCI Indonesia Value Index Fund Kelas A yang mengikuti indeks MSCI Indonesia Value yang berisi value stock. Value stock adalah saham perusahaan yang harga sahamnya di pasar yang masih lebih murah dibanding nilai intrinsik perusahaannya.

Penurunan harga saham cenderung lebih cepat dibanding penurunan kinerja emiten penerbit saham, dan value stock memiliki peluang untuk tumbuh secara fundamental walaupun pasar sedang terkoreksi. Investasi pada value stocks diharapkan memiliki kinerja yang lebih konsisten dalam jangka panjang sehubungan dengan fundamental perusahaan yang baik dan potensi dividen yang akan diberikan oleh emiten-emiten value stock.

“Karena karakter investasi yang unik itu, Syailendra MSCI Indonesia Value Index diperkirakan mampu mencetak keuntungan (return) yang lebih baik dibanding IHSG. Pada rentang akhir 2022 hingga September 2023, return Syailendra MSCI Indonesia Value mencapai 11,3%,sedangkan IHSG hanya membukukan return 1,1%,” katanya dalam Media Day, Selasa (17/10/2023).

Di dalam MSCI Indonesia Value tersebut, saat ini ada 12 value stock yang menjadi konstituen yaitu ADRO, ASII, BBNI, BBRI, BMRI, BRPT, INDF, INKP, TLKM, UNTR, UNVR, dan SMGR. Hingga kuartal I tahun 2024, IHSG diprediksi dapat mencapai Rp7.600.

Martha Christina, Head of Investment Information Mirae Asset, menambahkan sejak awal tahun, sembilan dari 15 indeks tematik di bursa membukukan kinerja lebih baik daripada IHSG. Karena itu, reksa dana indeks dapat menjadi pilihan diversifikasi terutama ketika pasar sedang bergejolak.

“Saat ini, perhatian pelaku pasar masih pada konflik Palestina-Israel dan harga minyak bumi dan komoditas lain, serta angka inflasi dan pertumbuhan ekonomi AS. Kami meyakini kondisi pasar akan semakin normal di akhir tahun menjelang aksi window dressing,” kata Martha dalam kesempatan yang sama.

Secara historis, Martha mencatat IHSG hampir selalu menguat pada kuartal IV setiap tahunnya, terutama terkait dengan momentum aktivitas window dressing. Sepanjang Oktober dan Desember dalam 10 tahun terakhir, IHSG mencetak rerata return 2,1% dan 2,6%. Window dressing adalah kegiatan di mana investor institusi di pasar modal mempercantik portofolionya agar laporan keuangan tahunannya terlihat lebih baik.

Aksi window dressing umumnya dilakukan dengan membeli efek-efek di pasar modal secara lebih agresif, sehingga membuat pasar saham bergerak positif. “Tahun ini IHSG diprediksi dapat mencapai 7.400 pada akhir tahun dengan 10 saham pilihan (top picks) ACES, AKRA, BMRI, CPIN, EXCL, HRUM, INTP, PRDA, dan UNTR,” ucapnya.

Editor : Eva Martha Rahayu

Swa.co.id


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved