BI Pertahankan Suku Bunga Acuan di 5,75%

Bank Indonesia (BI) mempertahankan suku bunga acuan di level 5,75%. Gubernur BI, Perry Warjiyo, mengungkapkan keputusan ini sejalan dengan upaya menjaga prakiraan inflasi 2025 dan 2026 tetap terkendali yaitu sasaran 2,5 plus minus 1 persen serta menjaga stabilitas nilai tukar rupiah dan mendorong pertumbuhan ekonomi.
Dia menjelaskan bahwa ketidakpastian perekonomian global makin tinggi. Didorong kebijakan tarif resiprokal Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump di awal April 2025. Langkah retaliasi oleh Tiongkok dan kemungkinan dari sejumlah negara lain makin meningkatkan fragmentasi ekonomi global. Sehingga membuat volume perdagangan dunia menurun.
"Akibatnya, pertumbuhan ekonomi dunia pada tahun ini diperkirakan akan menurun dari 3,2 persen menjadi 2,9 persen. Penurunan ekonomi terbesar terjadi di Amerika Serikat dan Tiongkok. Sejalan dengan dampak perang tarif kedua negara tersebut," ujarnya dalam konferensi pers hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI Bulan April 2025 di Jakarta, Rabu (23/4/2025).
BI mencermati pertumbuhan ekonomi di negara maju dan negara berkembang lainnya diperkirakan melambat. Ini disebabkan oleh dampak langsung dari penurunan ekspor ke AS dan dampak tidak langsung dari penurunan volume perdagangan dengan negara-negara lain. Perang tarif dan dampak negatifnya terhadap penurunan pertumbuhan AS, Tiongkok, dan ekonomi dunia memicu peningkatan ketidakpastian pasar keuangan global.
BI memperkirakan prospek pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2025 sedikit di bawah titik tengah kisaran 4,7 sampai 5,5%. Dipengaruhi dampak langsung kebijakan tarif Trump yang menurunkan ekspor Indonesia ke AS dan dampak tidak langsung akibat penurunan permintaan ekspor dari mitra dagang lain Indonesia, terutama dari Tiongkok.
Oleh karena itu, Perry memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia hingga kuartal I/2025 masih terjaga lantaran ditopang konsumsi rumah tangga yang tumbuh positif. "Belanja pemerintah terkait pemberian tunjangan hari raya (THR), belanja sosial, insentif, serta kenaikan permintaan musiman selama perayaan Idul Fitri 1446 Hijriah juga mendukung konsumsi rumah tangga," jelas Perry. (*)