Unilever Indonesia (UNVR) Tekan Aneka Beban demi Naikkan Penjualan

Menyiasati lanskap industri barang konsumsi yang semakin kompetitif, PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR) menunjukkan respons strategis untuk menjaga efisiensi.
Di tengah tekanan pada sisi pendapatan, perusahaan menempuh langkah pengetatan pengeluaran yang signifikan pada kuartal I/2025. Langkah ini terlihat dari strategi pengurangan berbagai jenis beban operasional, termasuk pemasaran, distribusi, dan administrasi umum. Langkah ini membuat UNVR membukukan laba usaha senilai Rp1,62 triliun pada kuartal I/2025.
Dalam laporan keuangan kuartal I/2025, UNVR menekan beban pemasaran dan penjualan sebesar Rp2,17 triliun. Hasilnya, beban ini menurun 8,35% dibandingkan kuartal 1/2024 sebesar Rp2,37 triliun.
Rinciannya, beban iklan dan riset pasar ditekan menjadi Rp873,13 miliar, sebelumnya sebesar Rp912,01 miliar. Kemudian distribusi dan promosi, masing-masing ditekan menjadi Rp437,55 miliar dan Rp410,2 miliar. Kuartal sebelumnya, beban distribusi dan promosi masing-masing mencapai Rp454,17 miliar dan Rp419,38 miliar.
Selanjutnya, UNVR juga menekan beban umum dan administrasi mencapai 1,93% menjadi Rp758,92 miliar. Pada kuartal 1/2024, nilai beban tersebut sebesar Rp773,82 miliar. Detailnya, remunerasi dan imbalan kerja disusut signifikan menjadi Rp55,72 miliar. Kuartal sebelumnya, lini tersebut sebesar Rp92,56 miliar.
Namun, ada sejumlah lini yang mengalami peningkatan beban. Pertama, lini merek, teknologi dan biaya jasa dan biaya enterprise technology solution membengkak pada kuartal I/2025. Nilainya mencapai Rp558,29 miliar, periode sebelumnya sebesar Rp500,46 miliar.
Kedua, lini informasi dan telekomunikasi membengkak menjadi Rp48,36 miliar, sebelumnya sebesar Rp38,13 miliar. Berikutnya, lini jasa konsultan dan jasa lainnya meningkat menjadi Rp37,55 miliar, periode sebelumnya sebesar Rp31,88 miliar.
Terakhir, beban lain-lain secara bersih (neto) menjadi Rp787 juta. Beban tersebut turun 4,37% dibanding kuartal sebelumnya sebesar Rp823 juta.
Presiden Direktur Unilever Indonesia Tbk, Benjie Yap menjelaskan, saat ini perusahaan mengupayakan untuk menekan beban lewat program transformasi bernama Cost Reset Program. Program tersebut diklaim berfokus pada produktivitas ke seluruh rantai pasok perusahaan.
Adapun sejumlah aspek yang masuk dalam program tersebut yaitu tenaga kerja, biaya distribusi, serta biaya karyawan non-pabrik. Yap mengeklaim program tersebut mendorong efisiensi, mengoptimalkan rantai pasok dan jaringan logistik, hingga dapat merampingkan biaya overhead.
Sementara dari sisi pemasaran, periklanan, dan promosi, Yap mengatakan perusahaan akan berinvestasi pada belanja iklan, yang diklaim dapat mendorong penjualan perusahaan. Belanja iklan mencapai 9,2% dari total penjualan UNVR pada kuartal I/2025.
“Laba bersih kami secara berurutan tumbuh, yang berasal dari penjualan yang lebih tinggi, produktivitas, dan manfaat seperti royalty-through-one. Ini diimbangi dengan biaya iklan dan promosi yang lebih tinggi,” ujar Yap dalam paparan publik Unilever Kuartal I/2025 secara daring (online) pada Kamis (24/4/2025).
Selain itu, UNVR akan mengalihkan proporsi investasi merek perusahaan ke media dan iklan digital. Sebab, iklan digital dianggap menjadi pendorong utama pertumbuhan perusahaan.
“Kami berharap tren ini [iklan digital] akan terus meningkat di masa mendatang,” tutup Yap saat pemaparan.
UNVR berhasil membukukan laba bersih senilai Rp1,23 triliun pada kuartal I/2025. Laba bersih tersebut menyusut 14,55% dari periode sebelumnya senilai Rp1,44 triliun. Sementara itu penjualan bersih turut menurun 6,10% dari periode sebelumnya, menjadi Rp9,46 triliun. Sebelumnya, sebesar Rp10,07 triliun.
Dari sisi aset, liabilitas, dan ekuitas, rata-rata mengalami kenaikan. Total aset UNVR meningkat menjadi Rp17,8 triliun dari periode sebelumnya sebesar Rp16,04 triliun. Total liabilitas meningkat sebesar Rp14,42 triliun, sebelumnya sebesar Rp13,89 triliun.
Adapun nilai ekuitas perusahaan menjadi Rp3,38 triliun, sebelumnya hanya Rp2,14 triliun. Terakhir, nilai laba per saham dasar menjadi Rp32, menurun dibandingkan kuartal sebelumnya sebesar Rp38. (*)