Management

APEC Ministers Responsible for Trade: Indonesia Tingkatkan Perdagangan dengan Tiga Negara

Oleh Admin
 APEC Ministers Responsible for Trade: Indonesia Tingkatkan Perdagangan dengan Tiga Negara

Indonesia bertekad meningkatkan kerja sama perdagangan dengan Chili, Australia, dan China. Niatan ini tampak dari pertemuan Gita Wirjawan, Menteri Perdagangan, dengan menteri perdagangan dari ketiga negara tersebut dalam kegiatan APEC Ministers Responsible for Trade, di Surabaya, Minggu (21/4/2013).

Gita Wirjawan, Menteri Perdagangan

Dalam kegiatan itu, Gita Wirjawan mengadakan pertemuan bilateral dengan Menteri Perdagangan China, Gao Hucheng. Ia menekankan agar hubungan kerja sama perdagangan Indonesia-China dapat lebih dioptimalkan melalui peningkatan kerja sama yang komprehensif.

Sementara itu, Pemerintah China menyampaikan bahwa pihak mereka akan terus berusaha untuk meningkatkan kerja sama di bidang infrastuktur, telekomunikasi dan keuangan. “Kerja sama dimaksud bisa dilakukan dalam bidang investasi dan peningkatan kapasitas yang dilandaskan pada hubungan kerja sama jangka panjang,” tutur Gita.

Dengan Chili, Indonesia akan mengadakan dan mengembangkan kerja sama di sejumlah bidang, seperti prosedur terkait perdagangan, lingkungan bisnis, hak kekayaan intelektual, energi terbarukan, informasi dan teknologi komunikasi, usaha kecil dan menengah (UKM), hingga kepariwisataan.

Lebih khusus, kedua negara sepakat untuk memulai perundingan Indonesia-Chile Comprehensive Economic Partnership Agreement (IC-CEPA) yang diawali dengan perdagangan barang pada tahun 2013. Terkait itu, pada hari ini, kedua negara mengesahkan Term of Reference (TOR) IC-CEPA.

Iman Pambagyo, Direktur Jenderal Kerja Sama Internasional Kementerian Perdagangan, mengatakan, “Terbentuknya IC-CEPA ini merupakan tindak lanjut dari komitmen kedua Kepala Negara antara Indonesia dan Chili pada KTT APEC di Vladivostok, Rusia, tahun 2012, dalam menekankan pentingnya meningkatkan perdagangan dan investasi kedua negara.”

Menurut Iman, IC-CEPA dibentuk dengan mengadopsi incremental approach. “IC-CEPA terdiri dari beberapa ketentuan, yaitu akses pasar, fasilitasi perdagangan dan kerja sama ekonomi yang meliputi perdagangan barang, perdagangan jasa, investasi, dan kerja sama lainnya yang disepakati kedua negara,” tambahnya.

Selain itu, dalam kegiatan yang sama, Mendag Gita juga mengadakan pertemuan bilateral dengan Menteri Perdagangan dan Daya Saing Australia, Craig Emerson. Pertemuan kedua menteri diisi dengan pembahasan perkembangan beberapa isu dan kepentingan yang menjadi perhatian kedua negara, baik secara bilateral, regional, dan multilateral. Isu yang dibahas para menteri, diantaranya mengenai kebijakan impor Indonesia terkait produk hortikultura dan daging sapi, dan Indonesia-Australia Comprehensive Economic Partnership Agreement (IA-CEPA).

Dalam pertemuan dengan pihak Australia, Gita menyampaikan bahwa pemerintah Indonesia telah melakukan berbagai revisi atas kebijakan impor hortikultura yang akan segera disampaikan ke WTO. Selain itu, Indonesia juga akan merevisi kebijakan impor daging sapi dan dalam waktu dekat akan memberikan pelayanan yang cepat dan transparan melalui pelayanan terpadu atau One Stop Service System. Revisi tersebut bertujuan untuk membuka akses pasar bagi produk hortikultura dan daging sapi di Indonesia serta menciptakan transparansi kebijakan.

Mendag juga menekankan bahwa IA-CEPA merupakan top up dari ASEAN-Australia-New Zealand Free Trade Agreement (AANZ FTA), suatu kerja sama perdagangan bebas regional yang telah lebih dulu dibentuk. Di samping itu, Indonesia dan Australia telah sepakat untuk menargetkan total perdagangan sebesar US$ 15 miliar pada 2015. Dengan demikian, pembentukan IA-CEPA merupakan alat untuk mencapai target dimaksud. “IA-CEPA bertujuan untuk mencapai pertumbuhan ekonomi secara berkelanjutan dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat di kedua negara,” tegas Gita. (EVA)


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved