Istilah diversifikasi mungkin sudah sering digunakan oleh para investor saham. Sebenarnya apa itu diversifikasi dan bagaimana cara melakukannya?

Sebelum membahas soal diversifikasi, kita perlu mengetahui dulu bahwa dalam setiap investasi terdapat risiko. Kadar risiko antara satu instrumen dengan instrumen lainnya dapat berbeda satu sama lain, ada yang rendah dan ada yang tinggi. Diversifikasi portofolio menjadi salah satu cara mengelola risiko saat berinvestasi.

Diversifikasi portofolio diarikan sebagai teknik meminimalisasi risiko investasi dengan melakukan investasi pada berbagai macam instrumen keuangan, industri, dan kategori. Dengan strategi ini dapat memberikan imbal hasil yang berimbang. Seperti ungkapan don’t put all your eggs in one basket yang berarti jangan menempatkan semua yang kamu miliki dalam satu tempat. Sebab, jika terjadi hal yang tidak diinginkan seluruh harta yang dimiliki dapat hilang dalam sekejap.

Untuk lebih jelasnya, perencana keuangan Finansialku, Rizqi Syam, CFP®, menggambarkan misalnya kita hanya membeli satu saham seharga 10 juta rupiah, lalu suatu saat nilai saham tersebut anjlok, maka kita akan mengalami kerugian dari seluruh uang tersebut dan tidak memiliki cadangan lain. Sedangkan, jika kita membaginya ke beberapa saham yang berbeda, maka jika salah satunya mengalami kerugian, saham lainnya tetap aman. Dengan begitu jumlah kerugian yang dirasakan lebih kecil.

Diversifikasi tidak hanya dilakukan dengan membeli saham dari emiten yang berbeda. Cara lainnya juga bisa dengan membedakan instrumen investasinya. Misalnya, seorang investor berinvestasi di saham karena mengincar keuntungan yang besar. Untuk mengimbanginya investor tersebut bisa mengalokasikan sebagian dananya ke instrumen yang risikonya lebih rendah dibanding saham, seperti reksa dana pasar uang, obligasi negara, atau emas. Dengan begitu, investasi akan jauh lebih aman. (Mutiara Ramadhanti)

Artikel ini diproduksi oleh finansialku.com untuk swa.co.id