Entrepreneur zkumparan

Anggara & Rizka: Kerahkan 1000 Karyawan Garap Bisnis Makanan Nusantara

Pasangan Anggara Kasih Nugroho Jati dan Rizka Wahyu Romadhona termasuk sejoli yang sedang naik daun dalam berbisnis. Couple-preneur ini mendirikan PT Agrinesia Raya pada 2011, bergerak di bidang ritel kue dan jajanan. Salah satu produk khasnya sudah sangat dikenal, yakni bolu lapis talas yang dikenal dengan merek Lapis Bogor Sangkuriang. Bisnis Anggara dan Rizka ini tak hanya menyasar Kota Bogor karena sudah ekspansi ke kota-kota lain dengan mengusung makanan khas lokal, bertema Nusantara.

Di Surabaya, misalnya, sejoli ini meluncurkan proruk Lapis Kukus Pahlawan sejak 2016. Lalu, untuk pasar Jadetabek, diluncurkan Lapis Botani. Pada 2017, Bolu Susu Lembang diluncurkan di Bandung untuk menggebrak dominasi pilihan kuliner di Kota Kembang dalam bentuk bolu kukus. Adapun Bakpia Kukus Tugu Jogja diluncurkan di Yogyakarta dan menjadi merek fenomenal yang selalu dicari pelancong jika datang ke Kota Pelajar.

Terakhir, tahun 2018, Kota Malang menjadi tempat diluncurkannya Bolu Malang Singosari dengan citarasa bolu kukus, berpadu dengan bahan-bahan khas Malang, yaitu ubi ungu dan apel malang. “Kami kembangkan konsep makanan Nusantara, agar bisa menjadi pilihan oleh-oleh khas daerah masing-masing,” kata Anggara, pendiri dan pemilik Agrinesia. Tak pelak lagi, omzet bulanan bisnis sejoli ini sudah dalam hitungan puluhan miliaran dengan jumlah karyawan total 1.000 orang.

Jangan semata melihat sukses Anggara dan Rizka pada titik sekarang. Pasangan ini juga sempat gagal, bangkrut dalam berbisnis. Sebelum berbisnis kue, pasanggan ini tahun 2008 sempat berbisnis bakso tetapi bangkrut. Bisnis bakso mereka saat itu sempat besar, memiliki beberapa cabang. Namun, hanya bertahan tiga tahun, karena cenderung kurang fokus dan hanya ikut-ikutan. Akibatnya, mereka harus rela menjual mobil dan motor-motor operasional, diambil alih perusahaan leasing. Bahkan, mereka harus menunggak cicilan rumah.

Rizka dan Anggara mengakui, ketika mulai berbisnis dulu, ia yang berpendidikan Teknik Elektro dan suaminya yang Teknik Sipil, tidak memiliki pengetahuan berbisnis yang mumpuni. Sebab itu, ketika bisnis mulai besar, ia dan suami kewalahan dan salah urus bisnis. Ia tak ingin hal itu terulang. Sehingga, ketika bisnis Lapis Bogor Sangkuriang mulai besar –ketika itu sudah punya 60 karyawan– sejoli ini mulai menarik konsultan dan coach untuk membantu mengembangkan bisnis. Manajemen bisnis yang baik mulai mereka terapkan. Sejak 2018 mereka merekrut profesional, bahkan kini CEO-nya juga seorang profesional.

Pasangan Anggara Kasih Nugroho Jati dan Rizka Wahyu Romadhona menerima penghargaan di acara CEO Biztalk yang digelar SBM ProIndonesia (Foto: TRIBUNNEWS.COM/FX ISMANTO)
Pasangan Anggara Kasih Nugroho Jati dan Rizka Wahyu Romadhona menerima penghargaan di acara CEO Biztalk yang digelar SBM ProIndonesia (Foto: TRIBUNNEWS.COM/FX ISMANTO)

Dari tahun 2011 sampai 2019, diakui sejoli ini, bisnis tumbuh sangat bagus, meroket. Namun, di masa pandemi, bisnis Agrinesia juga mengalami penurunan, khususnya di awal masa Covid-19. “Yang paling parah di Jogja, karena di sana tergantung pada wisatawan,” kata Rizka.

Namun, kini bisnis mulai rebound, dan untungnya tidak terjadi PHK. Biasanya di tiap kota yang dimasuki, Agrinesia punya 6-7 gerai. Namun, ada juga di kota-kota tertentu yang mitranya juga mengembangkan cabang lagi sehingga per kota ada puluhan toko yang dimiliki mitra. Para mitra ini sistemnya beli putus, bukan franchise.

Menurut Anggara, keberhasilan yang kini diperolehnya, selain karena bimbingan mentor bisnis, juga tidak lepas dari peran partner bisnisnya, yaitu sang istri. Menurutnya, dirinya adalah gas, dan sang istri rem dalam mengembangkan bisnis.

“Saya memang lebih banyak ngerem, sedangkan suami lebih banyak ngegas. Suami lebih banyak keluar, seperti marketing dan pengembangan potensi ke luar. Sedangkan saya lebih ke pengembangan produknya. Jadi, saya lebih banyak peran di dalam perusahaan,” ungkap Rizka seraya menjelaskan, visi perusahaannya adalah menjadi prominent global company di bidang snacking dan gifting.

Anggara mengakui, dulu di awal-awal ke mana-mana ia dan istri berduaan terus, semua dikerjakan berdua. Namun, kemudian mereka merekrut profesional untuk posisi CEO dan posisi lainnya sehingga sejumlah pekerjaan diserahkan ke mereka.

“Sekarang saya sebagai komisaris. Posisi Rizka belum ada yang menggantikan karena posisinya memang otak pengembangan produk. Usaha kami ini didorong oleh produk. Saya sebagai komisaris mencari peluang lain di luar. Rizka bertanggung jawab di daily operation,” Anggara menjelaskan. Saat ini ia bertugas memikirkan eksplorasi peluang ke daerah dan memberikan insight ekspansi yang bagus.

Rizka menambahkan, dulu pihaknya mengembangkan bisnis berdasarkan insting saja, sekarang lebih profesional. “Ketika akan membuka cabang baru, kami menggaet agensi untuk riset di kota tersebut agar tahu apakah asumsi kami benar. Di bawah manajemen yang profesional, kami mulai memastikan asumsi kami ini benar di kota tersebut,” katanya. Sebelum masuk ke suatu pasar, biasanya juga ada pendalaman dan brainstorming dengan tim sehingga keputusannya lebih objektif.

Sejoli ini mengakui, di awal bisnis, mereka sering berantem dalam mengurusi bisnis. “Saya ego tinggi, istri paling nangis walau dia benar. Namun, kami sudah beberapa tahun ini belajar dari beberapa coach terkait self improvement. Kami belajar NLP, belajar kelemahan-kekuatan masing-masing untuk disinergikan,” kata Anggara. Kini dirasakannya, ia dan sang istri sudah saling memahami, kapan harus injak rem dan kopling.

Anggara mengibaratkan dirinya sebagai Rambo yang berburu dengan banyak tembakan, tetapi kadang akurasi kurang, sedangkan Rizka seperti Sniper yang tenang membidik tembakan dengan tepat. Menurut Rizka, mengelola ego dan berbagi peran akan selalu menjadi tantangan karena harus terus belajar dan berbuat agar lebih baik lagi. (*)

Sudarmadi & Herning Banirestu

www.swa.co.id


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved