Management

Dibayangi Perlambatan Ekonomi Global, Pemerintah RI Tetap Optimistis

Oleh Admin
Dibayangi Perlambatan Ekonomi Global, Pemerintah RI Tetap Optimistis

Pemerintah optimistis Indonesia akan tumbuh lebih baik lagi di tahun-tahun yang akan datang. Kendati masih dibayangi risiko pelemahan ekonomi global, kehadiran bebarapa paket kebijakan diyakini dapat mengendalikan defisit transaksi berjalan, inflasi, serta dampak gejolak pasar global lainnya.

Hatta Rajasa, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian

Hatta Rajasa, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian

“Perekonomian Indonesia sudah berjalan pada arah yang benar. Survei WEF (World Economic Forum) menunjukkan dampak positif dari MP3EI (Rencana Induk Percepatan Pembangunan Ekonomi Indonesia) terhadap daya saing kita. Ke depan, dengan semakin meningkatnya daya saing kita, peluang bagi Indonesia untuk tumbuh lebih baik secara berkesinambungan terbuka lebar,” papar Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Hatta Rajasa, saat menjadi pembicara dalam acara Danareksa Conference Series Macro Forum 2013, di Jakarta.

Di tengah optimisme tersebut, ada beberapa isu yang patut dicermati ke depan. Faktor eksternal, antara lain, keputusan The Fed mengenai QE3 tapering pada FOMC 17 September mendatang. Kemudian data-data indikator perekonomian Amerika Serikat dan China, khususnya indeks manufaktur, tingkat pengangguran dan pertumbuhan ekonomi, serta kebijakan AS dan keputusan Kongres terkait isu politik di Timur Tengah.

Sementara dari dalam negeri, kata dia, respons kebijakan bank sentral untuk menstabilkan nilai tukar rupiah juga dicermati pasar di tengah inflasi yang tinggi, cadangan devisa yang menurun, dan current account yang melebar.

Menghadapai hal itu, lanjut Hatta, pemerintah telah merilis paket kebijakan pemerintah, paket kebijakan moneter oleh Bank Indonesia (BI), dan langkah-langkah antisipasi dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Itu semua bekerja secara simultan dan saling melengkapi untuk mengatasi permasalahan dan tekanan yang dihadapi.

“Gejolak di pasar keuangan dan nilai tukar yang terjadi saat ini diperkirakan berpengaruh pada stabilitas ekonomi yang pada gilirannya akan mengganggu ekonomi kita. Maka kehadiran paket insentif dan perbaikan iklim investasi yang ditempuh akan membuat pertumbuhan ekonomi dapat tetap dijaga pada level yang realistis,” jelas Hatta.

Dia lalu menjelaskan, pemerintah juga berupaya memperbaiki neraca transaksi berjalan dan menjaga nilai tukar rupiah. Pemerintah pun akan berusaha untuk mendorong ekspor dengan memberikan deduction tax pada sektor ekspor minimal 30 persen dari produksi. Selain itu, pemerintah akan mengurangi impor migas. Dengan meningkatkan porsi penggunaan biodiesel dalam porsi solar maka akan mengurangi konsumsi solar yang berasal dari impor. Kebijakan ini akan menurunkan impor migas secara signifikan.

“Pada gilirannya diharapkan pada Q3-Q4 2013, defisit neraca transaksi berjalan menurun, sejalan dengan terbentuknya iklim dunia usaha yang tetap terjaga dan kondusif,” kata dia. Saat ini, imbuhnya, pemerintah sedang mengusahakan neraca transaksi berjalan bisa berada di bawah 3 persen, dibandingkan dengan saat ini yang masih mencapai 4 persen. Dia menjelaskan, membengkaknya neraca transaksi berjalan beberapa kuartal belakangan ini disebabkan oleh melonjaknya impor migas. Meskipun demikian, dia menilai kenaikan impor itu juga berjalan seiring dengan kenaikan ekspor ke sejumlah negara.

Selama periode 2009 hingga Juli 2013, kegiatan impor non migas menunjukkan tren penurunan yang mencapai 3,4 persen, sementara impor migas masih tumbuh 8,5 persen. Komposisinya yakni, barang konsumsi 6,97 persen, bahan baku 76,15 persen, dan barang modal 16,87 persen.

Sementara aktivitas ekspor, pada periode Januari-Juli 2013, total ekspor non migas mencapai US$ 87,57 miliar, atau turun 2,7 persen dibandingkan tahun 2012. “Ini dikarenakan turunnya harga beberapa komoditas utama ekspor non migas Indonesia di pasar internasional, seperti karet, CPO, dan batubara,” ungkap Hatta.

Secara total, perdagangan internasional Indonesia sepanjang semester I 2013, yakni ekspor turun 6,09 persen (yoy) menjadi US$ 90,05 miliar. Demikian juga dengan impor yang turun 2,16 persen (yoy) menjadi US$ 94,36 miliar. Namun demikian, defisit perdagangan masih tercatat sebesar US$ 3,31 miliar di paruh pertama tahun ini.

Di sisi neraca pembayaran, defisit transaksi berjalan melebar dari US$ 5,3 miliar (2,4 persen dari PDB) pada Q1 2013 menjadi US$ 9.8 miliar (4,4 persen PDB) pada Q2 2013. Transaksi modal dan finansial kembali positif sebesar US$ 8.2 miliar setelah triwulan sebelumnya defisit sebesar US$ 0,3 miliar. (EVA)


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved