Management zkumparan

Kresna Graha Investama, Dari Bisnis Digital Merambah Biotech

Michael Steven, Direktur Utama Kresna Graha Investama
Michael Steven, Direktur Utama Kresna Graha Investama

PT Kresna Graha Investama Tbk. (kode di bursa: KREN) terus menegaskan posisinya sebagai digital business integrator. Perusahaan publik di bidang keuangan dan teknologi ini telah menjadi investor aktif di berbagai sektor, meliputi bidang fintech, digital retail & marketing, enterprise solutions, media, entertainment & lifestyle, hingga kecerdasan buatan (artificial intelligence). Selama lima tahun terakhir, nilai investasi yang sudah digelontorkan di sektor teknologi dan bisnis digital mencapai hampir Rp 1 triliun.

Manajemen Kresna Graha mengaku berupaya tetap relevan dengan perkembangan ekonomi digital di Indonesia. Ini sejalan dengan salah satu temuan riset dari Google, Temasek & Bain, bahwa ekonomi digital Indonesia diperkirakan akan tumbuh rata-rata 32% pada lima tahun ke depan, hingga mencapai US$ 133 miliar pada 2025.

Perubahan teknologi yang sangat cepat memang telah memaksa para pemain di bidang ini untuk terus melakukan inovasi yang berkelanjutan. Untuk itu, Kresna Graha terus melakukan inovasi model bisnis yang berorientasi pada solusi dan kebutuhan pasar. Sebagai contoh, perseroan melalui entitas anak usahanya mengembangkan sayap di bidang distribusi produk digital serta solusi pembayaran dan keuangan digital dengan konsep O2O (online to offline) untuk memecahkan masalah unbanked population di Indonesia yang masih sangat tinggi.

Selain ke bisnis digital, menurut Michael Steven, Direktur Utama Kresna Graha Investama, pihaknya sedang mempertimbangkan untuk masuk juga ke bidang life science dan bio technology. Targetnya, untuk memperkuat posisi sebagai pemain terdepan di bidang teknologi di Indonesia. “Pada akhir tahun lalu, kami telah mengumumkan rencana kami untuk masuk di bidang life science dan bio technology melalui entitas anak, Kresna Biotech Venture,” katanya.

Michael menilai potensi bisnisnya sangat besar. Jika rencana ini terealisasi, pihaknya akan membawa teknologi kelas dunia yang sangat disruptif ke Indonesia. “Kami selalu berpendapat lebih baik kami mendisrupsi diri kami sendiri, sebelum didisrupsi oleh pihak lain,” ujarnya.

Di samping itu, Kresna Graha juga tengah gencar mengembangkan berbagai platform berbasis kecerdasan buatandan deep data. Tujuannya, agar solusi yang ditawarkan ke konsumen relevan dengan profil kebutuhan mereka.

Beberapa contoh yang sudah dijalankan: platform transaksi berbasis chatbot yang menggunakan layanan WhatsApp for Business, sistem pembayaran digital yang seamless untuk jalan tol (single lane free flow) atau parkir (ParX), sistem pembayaran dan loyalty dengan teknologi face recognition, toko tanpa orang (unmanned store), sistem pembayaran listrik digital dua arah, dan platfom pemesanan makanan terintegrasi.

Dalam hal strategi pemasaran, menurut Michael, pihaknya selalu mengandalkan kemitraan dengan seluruh pemain di industri, terutama dengan pemain yang memiliki basis konsumen yang besar. Selain itu, juga mengandalkan produk-produk yang memberikan solusi bagi permasalahan keseharian konsumen, yang disebut “natural use cases”. “Jadi, pendekatannya selalu consumer oriented, bukan product oriented, sehingga konsumen akan menggunakan platform yang dimiliki perseroan meskipun tanpa perlu memberikan paket promosi yang agresif,” katanya.

Hampir seluruh platform dikembangkan oleh tim Grup Kresna, yang beranggotakan tim TI dan programmer yang total mencapai lebih dari 100 orang. Ini didukung latar belakang dan kompetensi founder dan co-founder Grup Kresna, yaitu Michael dan Suryandy Jahja, yang memiliki latar belakang pendidikan dan profesional di bidang ilmu komputer. Menurut Michael, “Ini sangat membantu dalam mengembangkan visi maupun strategi dari segi produk, teknologi, maupun pemasaran di bidang teknologi dan digital perseroan.”

Mengintip kinerjanya, hingga kuartal III/2019 pendapatan Kresna Graha tumbuh 50,1% year on year (YoY), dari Rp 5,5 triliun pada periode sebelumnya menjadi Rp 8,3 triliun. “Bila disetahunkan, diperkirakan pendapatan perseroan akan mencapai sekitar Rp 11 triliun pada akhir tahun 2019, atau meningkat 54% YoY dibanding pencapaian tahun 2018 sebesar Rp 7,2 triliun,” ungkap Michael.

Pertumbuhan yang pesat ini terutama disumbang oleh segmen bisnis digital dan teknologi yang mencapai sekitar 95% dari total pendapatan pada 2019. Ia menilai faktor kunci dari pertumbuhan pendapatan adalah ekspansi titik distribusi yang meningkat tajam, dari hanya 14 titik pada 2016 menjadi lebih dari 160.000 titik pada 2019!

Ke depan, menurut Michael, secara organik pihaknya akan terus mengembangkan jaringan distribusi digital mengingat masih besarnya potensi Indonesia, terutama di bagian Indonesia Timur. Dari segi segmennya, bisnis F&B, transportasi, rantai pasok, periklanan, program loyalitas, serta film & hiburan akan menjadi fokusnya pada dua tahun ke depan. Pihaknya pun mendorong anak-anak usaha untuk go public demi mewujudkan percepatan pertumbuhan usaha.

Sementara itu, secara non-organik, Kresna Graha telah mengumumkan rencana berinvestasi pada bidang life-science dan biotech, yaitu melalui RWDC Industries dan Samumed, LLC. “Selain potensi investasi yang menarik, kami berharap untuk membawa teknologi berkelas dunia ini ke Indonesia,” ujar Michael menegaskan. (*)

Jeihan K. Barlian dan Vina Anggita

www.swa.co.id


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved