Management zkumparan

Pambudi Sunarsihanto, Direktur HR Blue Bird Group: “Talent War Masih Akan Terus Terjadi”

Pambudi Sunarsihanto, Direktur HR Blue Bird Group
Pambudi Sunarsihanto, Direktur HR Blue Bird Group

Human resources (HR) outlook pada 2020-2025 akan sangat dipengaruhi perubahan bisnis yang terjadi sebagai pengaruh Industri 4.0, artificial intelligence (AI), dan penggunaan data analytic yang semakin dominan. Bisnis dan kompetisi akan berubah begitu cepat. Artinya, perusahan harus melakukan transformasi dengan kecepatan yang lebih besar lagi di dalamnya. HR harus mempersiapkan perusahaan –organisasi, talenta (talent), struktur, dan kultur– agar mampu melakukan perubahan secepat itu.

Tren yang akan terjadi pada HR, di antaranya, rekrutmen dengan talent war masih akan terus terjadi. Perusahaan akan berebut untuk mendapatkan talenta-talenta terbaik di negeri ini. Maka, dengan mengubah kata recruitment menjadi attracting the right talents, barangkali akan lebih tepat ke depan. Bagaimana cara menarik mereka, yakni dengan mempunyai employee value proposition yang keren.

Berikutnya, learning and development akan lebih mengena daripada program pelatihan yang dilakukan di kelas selama tiga hari atau lebih, umpamanya. Runtuhkan bangunan-bangunan kokoh yang Anda bangun untuk corporate university. Semuanya akan go digital dalam 3-5 tahun ke depan. Zaman sudah berubah. Kita memerlukan learning-on-demand yang available anywhere, anytime.

Program retensi akan sulit dilakukan lagi. Di masa depan, Anda tidak akan bisa lagi melakukan retensi. Apa pun yang Anda lakukan, kompetitor Anda akan menawarkan sesuatu yang lebih indah, gaji yang lebih tinggi, suasana kerja yang lebih menyenangkan, bonus yang lebih besar, atau kantor yang lebih cool. Apa yang bisa dilakukan? Inspire them dengan melakukan hal-hal yang luar biasa, yang membawa manfaat, bukan hanya bagi pemegang saham, tetapi bagi seluruh karyawan, keluarga mereka, bahkan masyarakat di sekitar mereka.

Justru program compensation and benefits yang menawarkan flexible benefits sesuai dengan kebutuhan talenta, akan lebih menarik. Selain itu, dukungan teknologi yang tidak hanya digunakan untuk mengumpulkan data, tetapi juga untuk menganalisis data, meramalkan kondisi di masa depan, dan mengambil keputusan untuk mengantisipasi hal itu, akan menjadi pilihan favorit. Bagaimana tidak? Sistem HR akan mampu memprediksi berapa jumlah talenta yang akan resign tiga tahun lagi, dari divisi/departemen apa, dengan competence/capability apa. Dengan demikian, dari sekarang kita sudah bisa melakukan tindakan untuk menyiapkan pengganti mereka.

Yang terakhir, transformasi HR. Kalau sebuah perusahaan bergerak lebih lambat daripada kompetisi, dia akan mati pelan-pelan. Begitu pula kalau HR berubah dengan kecepatan lebih lambat daripada perusahaannya, HR akan menjadi tidak relevan.

Tantangan yang akan dihadapi HR pada 2020-2025 ada tiga. Pertama, bagaimana menciptakan kultur yang akan membuat perusahaan terus sukses di masa depan (creating the right culture). Kedua, bagaimana mengembangkan leader di masa depan, yang mampu menjadi business leader yang baik (mampu mengembangkan bisnis dan sekaligus mampu mengembangkan tim). Ketiga, bagaimana mengembangkan organisasi (secara structure, culture, dan agility) agar mampu menjawab tantangan yang berubah terus-menerus.

Di Indonesia, masih akan terjadi ketidakseimbangan antara demand yang semakin tinggi (untuk talenta yang bagus), dan supply talenta yang bagus. Bisnis semakin berkembang, banyak perusahaan akan mengembangkan usaha dan membuka cabang baru, semakin banyak talenta yang dibutuhkan. Tetapi, kecepatan untuk menghasilkan talenta yang bagus tidak secepat itu. Maka, akan terus-menerus terjadi talent war, perebutan talenta yang bagus.

Perusahaan terpaksa melakukan dua hal, yaitu build and buy. Mereka harus mengembangkan (build) talenta dengan mendidik dari internal talents. Tetapi, itu tidak akan pernah mencukupi. Berarti, mereka juga harus buy (merekrut) talenta dari perusahaan lain. Di sinilah fenomena talent war masih akan terus berjalan dan bajak-membajak akan terus terjadi. Perebutan yang paling sengit akan terjadi di level menengah-atas (manajer senior sampai direktur).

Fenomena gig-economy –suatu kondisi perekonomian di mana terjadi pergeseran status para pekerja perusahaan dari tenaga kerja permanen menjadi karyawan kontrak sementara, independent workers, maupun temporary workers– juga pasti akan terjadi di masa depan. Kapan? Itu pertanyaan yang masih terbuka.

Banyak sekali talenta dengan kompetensi khusus yang tidak mau lagi terikat dengan sebuah pekerjaan di sebuah perusahaan, di masa depan. Mengapa? Karena, dengan bekerja di banyak perusahaan sekaligus, mereka akan mendapatkan kebebasan yang lebih besar, juga pembelajaran yang lebih banyak. Saat ini tren ini sudah dimulai, meskipun jumlahnya belum banyak. Tetapi dalam waktu 3-5 tahun ke depan, akan semakin berkembang.

Untuk menghadapi berbagai tantangan yang terjadi saat ini, perusahaan harus selalu fokus mempersiapkan organization capability untuk terus-menerus sukses di masa depan. Zaman akan berubah, bisnis akan berubah begitu cepat. Berarti competence dan capability yang diperlukan untuk sukses bagi perusahaan di masa depan juga akan berubah dengan cepatnya. Perusahaan pun harus mampu membangun agility (kemampuan organisasi untuk mempelajari sesuatu yang baru) dan kemampuan mengubah budaya kerja sesuai dengan perubahan zaman yang semakin cepat. (*)

Yosa Maulana dan Dede Suryadi

www.swa.co.id


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved