Management zkumparan

Strategi Bertahan Focus Nusantara

Hartono Kurniawan Halim, pemilik toko peralatan fotografi, Focus Nusantara (FN)
Hartono Kurniawan Halim, pemilik toko peralatan fotografi, Focus Nusantara (FN)

Jika Anda menganggap bisnis kamera digital terus berkilau, asumsi itu layak dikoreksi. Mengacu data Camera & Imaging Products Association, sejak 2010 penjualan kamera digital terus terjun. Biang keroknya siapa lagi kalau bukan ponsel pintar yang semakin dipersenjatai kamera canggih dengan beragam fitur laiknya kamera digital. Titik terendah penjualan terjadi pada tahun 2019. Hanya 15,2 juta kamera digital dari semua merek yang terjual. Bandingkan dengan tahun 2010 yang masih terjual 121,5 juta kamera.

Tentu saja, ini tantangan yang cukup berat bagi para penjual kamera digital. Masing-masing berjuang agar tetap eksis. Di tengah situasi demikian, menjadi menarik melihat Focus Nusantara (FN) yang berupaya bertahan sebagai toko peralatan fotografi. Mereka beroperasi dengan lima cabangnya yang tersebar di tiga kota: Jakarta, Bandung, dan Semarang.

Untuk mempertahankan posisi sebagai toko kamera papan atas, Focus Nusantara berusaha mengikuti tren yang sedang berkembang, baik dari segi produk, kebutuhan, maupun keinginan pelanggan. Dari sisi produk, misalnya. Hartono Kurniawan Halim, pemiliknya, mengungkapkan bahwa kendati penjualan kamera menurun karena beralih ke smartphone, tetap ada pengguna kamera DSLR dan mirrorless. Kamera mirrorless yang rentang harganya Rp 5 jura-10 juta saat ini sedang dibanjiri peminat, terutama di kota besar, sementara di kota-kota kecil masih banyak yang mencari DSLR. “90% yang dibeli di Focus adalah mirrorless, sementara DSLR 10%.”

Lalu, jika dilihat dari segi tren, Hartono menambahkan, ada pergeseran dari fotografi menjadi videografi, dipicu booming-nya YouTube. Di sini, kamera Lumix menjadi merek yang paling menaruh perhatian ke arah sana. Tren lainnya, sekarang dengan adanya drone, serial fotografi sudah sangat mudah dibuat, sedangkan dulu fotografi dari atas harus menggunakan helikopter. “Maka selain menjual kamera, kami juga menjual drone, underwater fotografi, go-pro, instax, dan mendistribusikan produk lomografi,” katanya menerangkan.

Melihat produk fotografi tetap diminati, strategi yang dikembangkan adalah di sisi pelayanan. Hartono mengakui, sifat pelanggan saat ini adalah menginginkan aspek pengalaman (experience) yang lebih baik, ketimbang sekadar membeli barang. Alhasil, Focus Nusantara pun berusaha mewadahi para peminat fotografi dengan membentuk komunitas yang punya beragam aktivitas, mulai dari seminar, workshop, hunting foto bersama, hingga pertukaran informasi.

“Kami memiliki berbagai macam komunitas di Jakarta, Semarang, dan Surabaya. Kami menjadi tempat berkumpulnya komunitas-komunitas fotografi tersebut setiap bulan. Kami juga berkolaborasi dengan sekolah dan kampus untuk memfasilitasi seminar. Ini kami lakukan untuk meningkatkan minat orang dalam menggunakan kamera,” katanya.

Di toko, demi memberikatn pengalaman yang menyenangkan, suasana juga dibuat senyaman mungkin. Toko tidak lagi dominan dengan etalase kaca, tetapi menggunakan meja dan kursi, serta disediakan minuman dan makanan ringan. Karyawan pun dibekali segala ilmu tentang teknik ataupun filosofi fotografi sehingga pengunjung bisa berdiskusi dan meminta pendapat dari mereka. “Layanan ini tersedia di semua cabang Focus Nusantara dan merupakan salah satu kekhasan kami. Kami adalah pionir. Kami berusaha memiliki keunikan sendiri dan selalu berusaha untuk berubah,” tutur Hartono.

Strategi berikutnya adalah berusaha memenuhi kebutuhan serta keinginan pelanggan dalam hal pelayanan, terutama saat pembelian dan setelah pembelian. “Yang dibutuhkan adalah jaminan after sales service. Jika ada masalah teknis, ada penyelesaiannya. Lalu, kesinambungan produk-produk dan lensa terbaru, dukungan compatibility, dan aksesorinya,” katanya.

Untuk melayani pelanggan yang ingin berbelanja secara online, Focus Nusantara menjalin kerjasama dengan lima pelaku e-commerce. Kendati demikian, jumlah pembeli offline masih lebih banyak, sebesar 80%. Ini terjadi karena, menurut Hartono, pembeli merasa harus melihat langsung dan ingin memastikan bahwa barang yang dibelinya sesuai dengan harapan.

Perbedaan lainnya yang ditawarkan Focus Nusantara adalah program titip jual yang dilakukan untuk membantu pelanggan dalam menjual kameranya. Mereka mendapatkan komisi dari barang titipan yang telah terjual yang besarannya tergantung pada nilai barang. “Barang yang dijual tidak boleh kemahalan dan terlalu murah,” ujarnya.

Selain lima gerai, Focus Nusantara juga mengoperasikan wonder photoshop di Central Park, Jakarta. Ini adalah toko kamera yang khusus menjual produk-produk Fujifilm. Di sini mereka menerima cetak foto yang dikendalikan sendiri oleh konsumen, bentuknya seperti mesin ATM. Intinya, demi mempertahankan pasar, Focus Nusantara memberikan apa yang diinginkan pelanggan. (*)

Yosa Maulana & Anastasia Anggoro

www.swa.co.id


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved