Trends

Sudah Di atas 70%, Penyelesaian Kilang Minyak Pertamina di Balikpapan

Nicke Widyawati, Direktur Utama Pertamina (Foto: SWA).

Nicke Widyawati, Direktur Utama Pertamina, dalam Rapat Dengar Pendapat dengan Komisi VII DPR RI, Rabu 1 Juli 2020, menjawab banyak pertanyaan yang sering muncul: Bagaimana progres pembangunan kilang minyak Pertamina? Pada kesempatan tersebut, Nicke menjelaskan perkembangan pembangunan kilang di Balikpapan. “Kilang minyak yang desain projeknya dilakukan di Korea dan Indonesia ini sudah hampir selesai. Sudah di atas 70%,” ujar Nicke. Dan yang perlu dicatat, lanjut Nicke, dalam projek ini Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) mencapai 35%. Jadi dengan nilai kontrak tahap 1 sebesar USD 4 miliar, berarti nilai penggunaan komponen dalam negeri untuk produk dan jasa adalah 35% dari USD 4 miliar (USD 1,4 miliar atau sekitar Rp 20,3 trilun)

Sekarang ini dan sebelumnya, kegiatan pembangunan di lapangan cukup masif. “Dalam kondisi Covid kami tetap on kan semuanya, dengan tetap menerapkan protokol Covid,” tutur Nicke. Di dekat kilang, Pertamina juga juga membangun tempat penampungan crude dengan blending facility.

Pembangunan kilang ini menurut Nicke cukup rumit. “Membangun kilang baru dengan sekaligus kita melakukan ekspansi dan revamping kilang lama, tingkat kesulitannya lebih jauh. Kalau membangun kilang baru dengan lapangan kosong, itu jauh lebih mudah. Kalau ini kita mengatur accessibility, constructability. Ini lumayan rumit.”

Berikut di bawah ini video penjelasan Nicke dalam Rapat Dengar Pendapat tersebut:

Di awal Maret 2020, sebelum pandemi terjadi di Indonesia, Nicke dalam pertemuan dengan para pemimpin redaksi juga pernah menjelaskan tentang perkembangan pembangunan kilang minyak Pertamina. Untuk menjawab banyak pertanyaan tentang progres pembangunan kilang, “Kita sekarang membuat video mingguan. Jadi kalau ada yang ingin mengikuti progresnya, kita bisa share. Karena semua orang menunggu-nunggu. Ini kilang jadi apa enggak ya?,” ujar Nicke waktu itu.

Nicke kemudian juga menjelaskan, tahapan pembangunan kilang itu dari mulai membuat desain sampai proses pembuatan berbagai peralatannya. “Equipment-nya kan dibuat di luar negeri. Jadi belum kelihatan. Tapi orang kan penasaran, ingin lihatnya yang sudah jadi. Di depan mata. Nah, jadi kita buatkan videonya setiap minggu. Juga untuk equipment yang dibuat di luar negeri, kita ada videonya juga. Jadi jangan sampai orang berfikirnya, ini kilang 1% pun nggak ada (kemajuannya).”

Di samping melakukan pembangunan kilang baru, Pertamina juga memiliki kilang yang sudah berumur. “Kilang kita juga ada yang sudah tua. Nah, gimana merawat yang tua ini,” kata Nicke. Kendati kilangnya sudah berumur, menurut Nicke, tren prodiuksinya ternyata dapat meningkat terus. “Jadi artinya apa? Kita sekarang mengoptimalkan kilang-kilang tersebut. Kita melakukan preventif maintenance, kita berikan feed stock crude yang lebih baik, sehingga hasilnya juga lebih naik,” tutur Nicke. “Jadi ini kan sama saja dengan manusia. Dikasih makanan yang sehat, kemudian dikasih maintenance. Jadi pada intinya, kita akan melakukan semuanya sesuai dengan target, walaupun harga crude menurun.”

Dalam rangka penugasan dari Pemerintah, Pertamina memang melakukan upgrading kilang-kilang yang sudah lama dibangun, di samping membangun kilang baru. Kilang-kilang itu sudah berumur 30 tahun dan di atasnya. Pada pertemuan awal Maret tadi, dijelaskan kilang termuda yang dimiliki Pertamina berada di Balongan. Dibangun pada 1990. Jadi sudah 30 tahun.

Kilang Pertamina di Balongan (Foto: Pertamina).

Total Pertamina memiliki lima kilang besar. Pertama di Dumai, kemudian di Plaju, Cilacap, Balikpapan, dan Balongan. Ada satu lagi di Sorong. Ini kilang mini, yang berkapasitas 10 ribu barel per hari. Jadi dalam rangka membangun ketahanan, kemandirian dan kedaulatan energi, Pertamina harus melakukan upgrading atau modernisasi. Ini supaya kilang Pertamina dapat lebih kompetitif dan bisa bersaing dengan kilang-kilang baru.

Dalam melakukan upgrading, Pertamina juga sekaligus melakukan peningkatan kualitas produk. Ini karena pada waktu itu dirancang, kilang-kilang tersebut menggunakan teknologi yang ada saat pada waktu itu, dengan tuntutan kualitas belum seketat seperti sekarang, seperti misalnya standar emisi Euro 4 dan 5.

www.swa.co.id


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved