Management Technology Trends zkumparan

Transformasi Digital Tingkatkan Laba Kotor Perusahaan

Riset Harvard Business School menunjukkan bahwa perusahaan yang telah melakukan digitalisasi terbukti memperoleh pendapatan usaha dan keuntungan yang lebih dibandingkan perusahaan yang tertinggal dari sisi digital.

Perusahaan tersebut melaporkan rata-rata margin kotor dalam tiga tahun terakhir mencapai 55%. Sementara perusahaan yang tertinggal dari sisi digital hanya mendapatkan rata-rata margin kotor sebesar 37% saja. Tantangannya, bagaimana membuat strategi transformasi menjadi eksekusi yang tepat sehingga menjadikan transformasi digital mencapai hasil maksimal. Hal ini diulas dalam perhelatan Asia Corporate Innovation Summit 2017 (ACIS 2017).

Acara yang pertama kali diselenggarakan di Asia ini, menghadirkan banyak praktisi bisnis yang telah terbukti sukses menjalankan tranformasi digitalnya. Diselenggarakan di Grand Ballroom JW Luwansa Hotel and Convention Center acara ini mengangkat tema Digital Transformation: From Strategy to Execution.

Indrawan Nugroho, Chairman Asia Corporate Innovation Summit, mengatakan, itulah mengapa tema ini diangkat, karena hampir semua perusahaan bicara transformasi digital, paham pentingnya transformasi digital tapi sayangnya banyak dari perusahaan-perusahaan tersebut tidak tahu bagaimana cara melakukannya dengan baik.

Event ini mempertemukan para pengamat dan pakar inovasi digital dengan para top executives dari berbagai perusahaan besar dunia dan Asia seperti Neal Cross (Chief Innovation Officer, DBS Bank Singapore) dengan judul sesi “Jungle Innovation: A social enterprise journey that ended up defining the innovation strategy of DBS Bank”. Juga Kapil Kane (Director of Innovation, Intel China) dengan judul sesi “Intrapreneurship: The Future of Work!”.

Lalu pembicara lain Dave Lim (Digital Strategy Board, Danone Singapore) menyampaikan materi dengan judul “Myths, Magic and Methods to succeed this age of Exponential Opportunities”. Dan Andi Kristianto (VP Corporate Planning, Telkomsel Indonesia) dengan judul sesi “Digital Transformation in Telco and How It Affects Other Industries”. Serta Risman Adnan (Director of R & D, Samsung Indonesia) dengan judul sesi “Execution Strategy for Corporate Digital Transformation”.

Disampaikan Andi dari Telkomsel, sangat penting melakukan transformasi digital untuk menjawab kebutuhan customer lebih tepat. Ia mencontohkan bagaimana Telkomsel layanannya bisa menjawab kebutuhan nelayan yang sedang melaut, menyampaikan hasilnya ke pasar terdekat melalui aplikasi. Sehingga dengan cepat nelayan bisa mendapat pasar dari hasil lautnya.

Neal dari DBS Bank Singapore, memandang dalam transformasi digital, yang menjadi tantangan paling besar adalah manusia. “Teknologi itu dipasang dijalankan, pasti akan berjalan sesuai yang kita set. Dalam transformasi digital, mengubah mind set, menjadi digital mind set, membangun kultur yang lebih digital itu pekerjaan rumah sendiri,” terangnya. Ukuran keberhasilan transformasi digital menurut Neal adalah seberapa nasabah terkoneksi dan engage dengan digital, bagaimana transaksinya. “Tidak ada pilihan bagi kami agar selalu di depan ya dengan transformasi digital,” imbuhnya.

Dave Lim dari Danone Singapore, mengungkapkan ‘pengalaman’ di masa lalu bisa menjadi beban dalam transformasi digital. Mengapa? “Ketika dibutuhkan perubahan yang yang cepat, pengalaman masa lalu yang membuat mereka merasa hebat, tranformasi bagi mereka hanya hambatan. Jadi mereka mau tapi ternyata tidak mampu,” ujarnya. David menegaskan, transformasi digital terlihat berhasil ketika perusahaan atau merek yang diusung tetap dan terus digunakan dalam era yang berubah cepat saat ini.

Proyeksi International Data Corporation (IDC), mengatakan bahwa prosentasi perusahaan yang melakukan transformasi digital akan meningkat lebih dari 2 kali lipat di tahun 2020, dari 22% menjadi 50%. Alokasi anggaran untuk digitalisasi pun meningkat dari 18% di tahun ini (2017) menjadi 28% di tahun 2018 untuk perusahaan pada umumnya. Sementara mengutip data Gartner, untuk perusahaan-perusahaan besar, peningkatannya adalah dari 34% tahun ini menjadi 44% tahun.

Temuan itulah yang menjadi pendorong banyak perusahaan kini melakukan upaya transformasi digital. Transformasi digital adalah perubahan mendalam atas proses, kompetensi dan model dari sebuah bisnis atau organisasi dalam rangka memanfaatkan daya ungkit yang dihasilkan oleh bauran teknologi digital.

“Kami berharap ACIS 2017 ini bisa membantu perusahaan-perusahaan di Asia, khususnya Indonesia dalam merumuskan strategi digitalnya dengan lebih baik, sehingga mampu melakukan transformasi digital yang tepat untuk menjawab tuntutan pelanggan di era digital ini,” imbuh Indrawan.

ACIS 2017 dihadiri oleh delegasi dari berbagai perusahaan besar di Indonesia dan beberapa negara tetangga seperti Pertamina, Astra Internasional, Fosroc, Ellobed, Arnold, Fresenius Kabi, Trakindo Group, Wika Industri, Bank Mandiri, MNC Group, Telkomsel, XL Axiata, ANTV, PLN, FIF, Bosowa, Indonesia Power, CIMB Niaga, BSM, Wings Group, Semen Merah Putih, dan Wardah.

Perhelatan ACIS 2017 ini diselenggarakan oleh CIAS (Corporate Innovation Asia), sebuah perusahaan konsultan inovasi bisnis yang berdomisili di Jakarta, Indonesia. CIAS membantu korporasi dalam mendesain dan mengimplementasikan inovasi untuk mendorong kinerja bisnis.

Editor : Eva Martha Rahayu

Www.Swa.co.id


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved