Youngster Inc. Entrepreneur zkumparan

Jolie Clothing, Catwalk Stefani Tan Melenggang sebagai Perempuan Muda Berpengaruh di Asia

Jolie Clothing, Catwalk Stefani Tan Melenggang sebagai Perempuan Muda Berpengaruh di Asia
Stefani Tan (28 tahun), Chief Designer Jolie Clothing.

April 2021, Forbes kembali merilis daftar tahunan 30 Under 30 Asia 2021, deretan 30 anak muda dengan usia di bawah 30 tahun yang dinilai berpengaruh dan berhasil dalam bidang tertentu. “Mereka adalah para pemimpin Gen Z yang gigih dan berkembang meskipun ada ketidakpastian global,” tulis Forbes dalam siaran persnya.

Daftar tersebut terbagi ke dalam beberapa kategori. Yakni, The Arts, Entertainment & Sports, Finance & Capital Venture, Media, Marketing & Advertising, Retail & E-Commerce, Enterprise Technology, Industry, Manufacturing & Energy, Healthcare & Science, Social Impact, serta Consumer Technology.

Ada tiga perempuan Indonesia yang berhasil masuk dalam daftar Forbes 30 under 30 di kawasan Asia tahun ini. Salah satunya, Stefani Tan (28 tahun), Chief Designer Jolie Clothing. Lulusan Rafffles Design Institute ini bersama rekannya, Fanny Tjandra, mendirikan Jolie Clothing pada awal 2014.

Stefani mengatakan, Jolie Clothing menyediakan pakaian yang terjangkau dan nyaman bagi generasi muda. Menurut perempuan charming ini, pasar industri fashion sebagian besar hanya memproduksi pakaian yang ditujukan untuk para model. Sehingga, ia berinisiatif memproduksi pakaian yang bisa digunakan sehari-hari untuk beragam bentuk badan.

Sebagai lulusan sekolah fashion ternama di Singapura, ia ingin memanfaatkan keterampilannya dan menuangkan karya desain fashion-nya. Selain itu, ia mengaku sangat paham bagaimana mengangkat sisi elegan dan feminin wanita. Ia berharap konsumen dapat memiliki outfit yang dibuat dengan jumlah terbatas tetapi dengan harga terjangkau.

Menurut Stefani, seperti pemula pada umumnya, mendirikan Jolie Clothing tidak semudah membalikkan tangan. Bahkan, karena sulitnya menjalin kerjasama dengan penjahit atau vendor pemotretan, ia sempat beberapa kali putus harapan.

Namun, terpikir olehnya, bahwa mimpi yang dibangun sejak SMA untuk bisa mendesain dan membuat baju yang sesuai dengan keinginan dan memiliki cutting yang pas harus tetap diwujudkan. “Makanya, saya harus bisa membuat orang cantik lewat pengalaman saya selama ini, “ ungkap Stefani yang melihat pilihan merek lokal saat itu masih sangat terbatas.

Karena paham dengan produk yang diharapkan, dari awal ia terjun langsung membuat desain baju dan menunjuk tim khusus untuk bekerjasama. “Hal ini menjadi keunggulan yang membedakan kami dengan brand-brand fashion lainnya,” ungkapnya.

“Perbedaanya juga dari styling kami yang unik. Karena, kami menjunjung tinggi visi kami untuk membuat perempuan merasa cantik ketika menggunakan produk kami. Kami ingin menanamkan nilai atau visi itu pada tiap produk serta proses produksi Jolie Clothing, mulai dari distribusi, marketing, hingga pesan,” Stefani menjelaskan.

Target pasar Jolie Clothing ialah perempuan berusia 25-35 tahun. “Kebanyakan yang membeli produk kami adalah almost married dan ibu-ibu muda. Biasanya mereka mencari baju untuk pre wedding, birthday party, bridal shower, atau baby shower,” katanya.

Menurut Stefani yang juga merupakan founder Chatoyer Shoes dan komunitas Lentera Generasi Bangsa yang fokus mengembangkan pendidikan anak di Indonesia, pengalaman tujuh tahun membangun bisnis ini membuatnya memiliki customer base yang banyak dan loyal. “Ini menjadi keunggulan pertama yang kami punya,” ujarnya.

Selain itu, ia tidak melihat pemain lain sebagai kompetitor, melainkan justru sebagai inspirasi. “Saya setuju bahwa local brand harus bersinar supaya bisa mewakili Indonesia dan bisa bersinar di luar negeri,” katanya meyakini.

Saat ini strategi pemasaran Jolie Clothing diarahkan ke costumer centric. Mengapa? Karena Stefani percaya, dengan cara itu, ia bisa memberikan pengalaman yang baik untuk konsumen dan influencer, sehingga bisa menjadi word of mouth (WOM) marketing. Ketika pelanggan menyukainya, mereka akan merekomendasikan produk tersebut ke orang lain tanpa dibayar.

Selain itu, pihaknya pun mengembangkan inovasi di bidang pemasaran. “Kami selalu membuat new marketing campaign di setiap koleksi agar orang-orang tidak bosan. Kami juga melakukan kolaborasi dengan ilustration, tas, kaligrafi, dll. Harapannya, bisa memperluas target market kami ke depannya,” papar Stefani. Ia berusaha melakukan promosi bersama dengan merek-merek yang bukan dari fashion (produk makanan-minuman atau furnitur) untuk saling menguatkan.

Intinya, Jolie Clothing berusaha memberikan produk berkualitas dan layanan terbaik. Apalagi, di masa pandemi sekarang yang mengandalkan penjualan secara online —offline store untuk sementara ditutup— mau tak mau Jolie Clothing harus memperkuat kualitas produknya dengan melakukan inovasi desain dan bahan.

“Untuk penjualan online, kami berkolaborasi dengan Tokopedia, Shopee, dan Lazada,” ujar Stefani. Proporsi transaksi penjualannya, 20% melalui marketplace dan 80% melalui WhatsApp/Direct Message Instagram.

Target dan rencana ke depan, Jolie Clothing, yang sudah eksis di Singapura, akan terus dikembangkan ke pasar luar negeri lainnya, terutama pasar Asia Tenggara. Didukung 10 karyawan, belum termasuk tim penjahit, Stefani optimistis dapat segera mewujudkannya karena pelanggan yang sekarang pun sudah banyak yang dari Malaysia, Australia, Belanda, Thailand, dan Singapura. (*)

Dyah Hasto Palupi/Anastasia AS

www.swa.co.id


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved