Youngster Inc. Professional

Tom “Crazy Rich” Liwafa, Mantan Orang Miskin yang Sukses Jadi Pengusaha

Tom Liwafa, pemilik bisnis grosir tas dan sepatu merek Handmadeshoesby dan Delvationstory.
Tom Liwafa, pemilik bisnis grosir tas dan sepatu merek Handmadeshoesby dan Delvationstory.

Beberapa waktu lalu dunia maya dihebohkan aksi pria muda membagikan bantuan berupa uang jutaan rupiah di dalam kardus-kardus yang diberikan kepada tukang sapu, tukang becak, pemulung, dan orang-orang miskin lainnya di Surabaya. Aksi itu konon didasari rasa kesalnya atas aksi prank yang dilakukan oleh YouTuber Ferdian Paleka yang memberikan bantuan kepada transpuan (transgender perempuan) di Bandung tetapi ternyata berisi sampah.

Dalam video yang diunggah di Instagram pribadinya, pria muda itu tampak menunggangi mobil mewah Porsche, lalu membagi-bagikan kardus berisi uang, mi instan, dan beras di malam hari. Karena ulah fenomenalnya, video itu langsung menjadi viral dan mengundang pertanyaan, siapa anak muda kaya yang baik hati itu?

Ia adalah Tom Liwafa (28 tahun), pengusaha muda yang dijuluki “crazy rich dari Surabaya”. Selain pengusaha, ia juga pengguna aktif media sosial, yang sepak terjangnya sering ia pertontonkan di akun pribadinya. Tom tampaknya menyukai konten-konten yang bisa viral. Tahun lalu, misalnya, ia juga sempat viral di medsos karena membeli supercar milik Atta Halilintar, yaitu BMW i8 seharga Rp 3 miliar yang dibayar tunai.

Lalu, siapakah Tom? Apa bisnis yang dijalankannya dan bagaimana membesarkan bisnisnya?

Tom adalah pengusaha muda yang lahir di era digital. Mulai merintis usaha ketika masih berstatus sebagai mahasiswa S-1 Desain Produk Institut Teknologi Adhi Tama Surabaya tahun 2008, sejak awal ia menyadari bukan anak orang kaya. Sehingga, ia pun bertekad harus bisa membayar kuliah sendiri.

Bagi Tom, berbisnis adalah satu-satunya cara untuk mendapatkan kehidupan yang lebih baik sekaligus untuk membiayai kuliahnya. “Walaupun saat kuliah saya mendapatkan beasiswa, sehingga saya tidak membayar terlalu banyak, sekitar Rp 2,7 juta per semester, saya ingin bisa membiayai hidup sendiri,” kata Tom yang sejak SMA sudah sering berjualan.

Bisnis awalnya adalah jualan stiker hingga clothing line band rock metal. Saat itu ia yang suka menyanyi menjadi vokalis band metal dan kebetulan juga kuliah di jurusan desain produk. Jadi, pilihan usahanya klop, yaitu membuat stiker dan merchandise band sendiri, lalu menjualnya ke sejumlah distributor outlet (distro) dan teman-temannya, selepas kuliah.

Tom berkeliling menggunakan sepeda motor menjajakan stiker dan kaus band metal tersebut yang hasilnya ia gunakan untuk membayar biaya kuliah dan kehidupan sehari-hari. “Bisnis stiker dan kaus saya sudah cukup menunjang kebutuhan saya saat itu,” cerita Tom yang mengaku benar-benar mulai usaha dari nol.

Dari menjual stiker dan kaus band, usaha Tom berkembang. Ia kemudian menjual sepatu dan tas wanita. Menggunakan merek Handmadeshoesby dan Delvationstory, bisnis grosir tas dan sepatu di Surabaya ini dirintisnya bersama sang istri, Delta Hesti Chandra Pratiwi.

Menurut Tom, yang paling menyenangkan adalah jika bisa menjalankan bisnis sesuai dengan hobi dan bersama orang tercinta. “Pilihan bisnis saya selalu dekat dengan hobi saya,” ungkap Tom yang kini getol berbisnis sepeda sesuai dengan tren dan hobinya.

Tom mengaku, peran istrinya sangat besar dalam bisnis yang dijalankan. “Saya merupakan tipikal orang yang mengalir saja. Tidak mengharapkan dari mana pun dan dari siapa pun. Let it flow, tidak ada sebuah kepentingan,” ungkap ayah Averyn Del Liwafa dan Fella Del Liwafa ini.

Ia bersama istri membangun chemistry bisnis yang saling mengisi tetapi tidak saling membebani. Dalam aktivitas sehari-hari atau operasional, sang istri mengontrol operasional, sedangkan Tom lebih ke arah strategi bisnis dan merencanakan apa yang akan dilakukan ke depan. “Saya pikir, kita harus luwes dan tidak terlalu make money terlebih dahulu,” kata Tom tentang kiat suksesnya.

Hal itu dibuktikan dengan performa bisnisnya sekarang. Selama kurang-lebih 10 tahun terakhir, Tom berhasil memiliki 12 lini usaha bisnis di berbagai bidang, di antaranya fashion, food and beverage, dan entertainment. Baginya, tidak ada keharusan menggeluti bisnis tertentu. Ia hanya mengacu pada bisnis yang sedang menjadi tren. “Lalu, kami jual di omnichannel, yakni penjualan melalui offline dan online. Online meliputi marketplace dan social media. Everyone bisa membeli produk kami, selama dia berminat dengan produk lokal,” jawabnya praktis.

Meskipun terdengar simpel, yang menonjol dari bisnis lulusan S-2 Manajemen Pemasaran Universitas Ciputra ini adalah sentuhan empati. Misalnya, untuk produksi tas dan sepatu bermerek Handmadeshoesby dan Delvationstore, ia bersinergi dengan warga yang sudah memproduksi tas dan sepatu.

“Kami berperan sebagai toko yang berjualan melalui digital marketing, sekaligus membantu mereka yang orderannya semakin terkikis akibat adanya produk impor,” ungkap Tom yang melibatkan sekitar 1.000 pengrajin dari sekitar Mojokerto, Tanggulangin, Bojonegoro, Nganjuk, dan Lamongan.

Menurut Tom, peran tim kreatif sangat besar dalam mendukung bisnis gaya hidup yang dijalankan. Sebanyak tujuh karyawan kreatif, termasuk pembuat konten, selalu dilibatkan dalam proses kerja. Apalagi, bisnisnya sebagian besar mengandalkan strategi digital marketing yang membutuhkan kreativitas konten dan desain atraktif.

“Biasanya kami akan implementasikan ide dengan mendapatkan referensi dari brand luar,” kata Tom. Yang terpenting, menurutnya, peka dengan kebutuhan pasar dan kemudian mampu menerjemahkan permintaan pasar menjadi sebuah produk baru atau inovasi baru.

Namun, Tom menyadari ke depan pasti masih banyak jalan terjal yang menghadang. Ia berharap dapat melaluinya dengan mulus. “Kami ingin lebih membesarkan perusahaan kami. 2-3 bisnis bisa berjalan baik, itu lebih baik daripada ada ratusan bisnis namun tidak berjalan,” ungkapnya. Ia berharap pandemi Covid-19 segera berlalu sehingga dunia usaha bisa menggeliat kembali. (*)

Dyah Hasto Palupi/Anastasia A.S.

www.swa.co.id


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved