Sejoli Ricky dan Ratu Kembangkan Bisnis Kosmetik

Sejoli Ricky dan Ratu Kembangkan Bisnis Kosmetik
Ricky Aditiya Fandi dan Alifah Ratu Saelynda, pemilik CV Fandi Universal.

Sejak di bangku kuliah, nama Ricky Aditiya Fandi (27 tahun) dan Alifah Ratu Saelynda (27 tahun) sudah cukup populer di kalangan teman-teman dan lingkungan Fakultas Teknik Pertambangan dan Perminyakan, ITB. Selain dikenal sebagai mahasiwa pintar langganan juara di berbagai kompetisi dan olimpiade sains di tingkat nasional dan internasional, mereka adalah sepasang kekasih juga, yang tergolong aktif dan bernyali untuk melakukan hal-hal baru di tengah-tengah kesibukan keduanya.

Terlebih, Alifah Ratu Saelynda yang akrab disapa Ratu. Mojang Bandung kelahiran 23 Desember 1994 ini sampai sekarang dikenal sebagai salah satu YouTuber kecantikan dengan lebih dari 1,3 juta subscriber. Berangkat dari hobi dan keisengannya membuat tutorial make up, ia mengisi waktu dengan membuat video bermodal makeup sehari-hari dan kamera sendiri. Hingga sekarang, Ratu masih eksis di dunia per-YouTube-an, didukung oleh Ricky yang kini telah menjadi suaminya.

Menurut Ricky, pria sederhana kelahiran Banyuwangi, 12 April 1994 ini, kegiatan bisnis dan berjualan sebenarnya bukan hal baru baginya. Semenjak kuliah ia sudah mencari tambahan uang saku dengan cara berjualan, yakni dengan membeli barang di pasar, kemudian menjualnya secara online. Namun, ia sungguh tak menyangka bahwa jalan hidupnya memang mengarah ke bisnis.

“Padahal, sampai di tahap lulus kuliah pun mindset-ku masih harus kerja di perminyakan, karena sudah masuknya susah, kuliahnya susah, skripsinya juga susah,” ungkapnya getir. Namun, rupanya takdir menunjukkan jalan lain.

Titik balik terjadi tahun 2017. Ketika ia merasa berada di simpang jalan antara menjadi pekerja kantoran atau menjadi entrepreneur, akhirnya diputuskan berhenti bekerja di swasta dan fokus menjalankan bisnis bersama sang istri yang dinikahinya pada Desember 2018. “Sebuah pilihan yang sudah kami kalkulasikan dengan matang-matang,” ungkapnya mengenang kejadian empat tahun lalu.

Di bawah bendera CV Fandi Universal, merek pertama yang diluncurkan pada Januari 2017 adalah Herbology Creation, obat diet herbal. Kemudian Mei 2017, This! by Alifah Ratu (tas), lalu Maret 2019 Seblak Duarr, dan Februari 2020 Teratu Beauty. “Aku membuat CV Fandi Universal itu karena punya brand skincare sehingga untuk produksi di pabrik tidak bisa perorangan, harus berbadan hukum,” Ricky menjelaskan.

Yang menarik, justru merek terakhir, Teratu Beauty, yang sekarang naik daun. Saat ini, Teratu Beauty memberikan kontribusi penjualan terbesar, 75%, dengan produk andalan Skin Barrier Serum, selain Rose Glow Spray dan Miracle Deo Series.

Setelah empat tahun menjalani bisnis sendiri, Ricky meyakini, bahwa ia bersama sang istri adalah couplepreneur yang mempunyai kelebihan masing-masing dan saling melengkapi. “Aku kuatnya di operasional, sedangkan istriku di marketing. Istriku tidak suka bekerja di kantor sehingga dia tidak official in charge ke perusahaan. Tapi aku selalu minta bantuan istri untuk publisitas atau blast,” papar ayah dari seorang putra ini.

Meski demikian, kendala tetap selalu ada. Selama ini yang sering menjadi kendala adalah soal perizinan. “Kami blank, tidak tahu apa-apa,” ungkapnya. Namun, ia pantang menyerah. Ia pun langsung ke pabrik dan mereka welcome meski pabrik tersebut produksi untuk brand-brand besar.

“Dari situ kami belajar sedikit demi sedikit dan di titik itu pun kami masih kebingungan karena ternyata ketika diulik-ulik lagi, lawan kami tidak sesama UMKM atau indie brand,” ungkap Ricky yang saat itu mulai mempelajari medan persaingan. “Skincare ini pemain besarnya banyak, yang mana mereka capital-nya pasti lebih besar,” demikian kesimpulannya.

“Akhirnya, kami memilih segmen yang bisa kami garap ditambah kekuatan apa yang kami miliki,” katanya. Hingga, lahirlah Teratu Beauty. “Kebetulan istriku acne prone skin dan dia benar-benar concern sekali memakai skincare yang gentle, tidak membuat iritasi,” ujarnya. “Kami riset dan hingga saat ini kami bersyukur produk kami diterima oleh masyarakat, bahkan di Shopee Mall rating-nya 4,95,” lanjutnya happy.

Ricky tak menampik jika dikatakan bisnis yang digelutinya sangat beragam. Ia pun menyadari, jika semakin fokus, akan semakin baik untuk brand. Namun, ia juga tak menampik, karena ia masih berumur 27 tahun dan mengawali bisnis dari 0, sah-sah saja jika ia mencoba segala peluang yang ada.

“Ini terbawa saat aku membuat bisnis baru. Meski ketika itu Herbology naik, tapi aku tidak berhenti mencari peluang lain sehingga muncullah This! by Alifah Ratu,” ungkapnya.

Yang penting bagi Ricky, semua produk harus menyasar perempuan. “97% customer kami perempuan, kecuali seblak itu unisex. Untuk skincare by umur 18-34, dengan target mereka yang punya kulit sensitif, acne prone skin, punya eksema,” tuturnya. Semua unit bisnis, ia menambahkan, masih menunjukkan prospek positif.

Memang, diakuinya, semasa pandemi saat ini, ia dituntut untuk terus kreatif, bagaimana caranya dengan kondisi yang susah bisa menciptakan produk yang masih diminati. “Kami juga dituntut untuk selalu hemat tanpa mengurangi kualitas,” ujarnya. Tak hanya produk, pihaknya pun mengatur bagaimana caranya agar karyawan ketika pandemi ini tetap bekerja optimal.

Bagi Ricky, yang terpenting adalah mengelola situasi agar semua terkendali. Risiko perusahaan dengan karyawan masih sedikit, jika dilakukan lockdown, semuanya pasti akan terganggu.

“Akhirnya, kami mengambil jalan tengah dengan memotong jam kerja, tanpa mengurangi gaji, lalu memberi insentif, dan memberi pengertian dampak WFH (work from home) bagi perusahaan,” paparnya. “Pokoknya, kami menjalankan prokes secara ketat,” ia menegaskan.

Saat ini omzet bisnis CV Fandi Universal rata-rata Rp 500 juta per bulan. Justru di masa pandemi, dari Juni perlahan naik, hingga Agustus lalu menyentuh angka Rp 950 juta.

“Banyak yang kami lakukan untuk meningkatkan omzet. Selain inovasi produk dengan menguatkan R&D, kami juga meningkatkan after sales service. Kami ingin konsumen repeat order, makanya kami menambah person ke depan untuk customer care,” katanya.

Ricky menerangkan, “Setiap orang yang membeli dari Shopee pasti dapat chat WhatsApp dari kami: ‘Terima kasih sudah membeli produk ini. Pada jam segini produk akan dikirimkan, bagaimana hasil pemakaiannya, dsb.’ Yang melakukan hal ini tidak banyak. Ini menjadi pembeda yang bisa kami lakukan.”

Saat ini energi memang terfokus untuk Teratu Beauty, tetapi Ricky berjanji ke depan akan membenahi tiga merek lainnya dengan berbagai inovasi. Ia kini tengah menyiapkan SDM yang secara khusus memberikan perhatian kepada produk-produk tersebut, termasuk meneliti perilaku konsumen dan target pasar sehingga dapat melakukan pengembangan yang sesuai dengan kebutuhan mereka.

Sekarang, misalnya, tengah dilakukan inovasi untuk Herbology Creation.” Aku ingin memetakan trouble orang itu apa, kenapa orang mau diet. Ada orang diet dengan mengurangi makan, ada yang meski sudah makan sekali sehari tetap gemuk, dsb.,” katanya. Karena ternyata, secara medis alasan dan masalah setiap orang berbeda-beda. “Itu yang sedang kami produksi untuk produk baru, yang izinnya dari BPOM juga sudah muncul.”

Menurut Ricky, pengembangan bisnisnya harus tetap terukur, terutama dari sisi permodalan. Saat ini pilihan pendanaan jatuh pada equity crow funding.

“Kami mengumpulkan investor dalam skala kecil, tapi banyak kuantitasnya, istilahnya bagi hasil. Persentase profit sharing-nya itu kami purpose ke mereka. Jika setuju, sistem itu berjalan,” ungkapnya. Saat ini dana investor sekitar Rp 420 juta, setara dengan 3,5% profit sharing.

Untuk pengembangan usaha, Ricky bertekad akan terus meningkatkan omzet. Ia mengalkulasi, jika omzet naik, profit juga akan naik. Dan, bujet untuk memperbanyak karyawan juga lebih besar; gaji karyawan saat ini pun bisa dinaikkan lagi.

Untuk produknya, Fandi Universal akan terus menambah SKU di semua lini produk. Intinya, menurut Ricky, sebagai entrepreneur, ia tidak boleh berhenti dan berpuas diri. Entrepreneur harus terus belajar dan mencari peluang.

“Kalau mindset kita terus-menerus mencari usaha apa yang bagus, secara otomatis peluang itu akan muncul. Belajar untuk terus melihat peluang, bagaimanapun caranya, entah mau tanya, keliling, dsb.,” demikian pesannya.

Sebagai pemula bisnis dengan modal terbatas, jangan membakar duit dulu. Bagaimana caranya harus diupayakan pengeluaran sekecil-kecilnya dengan pendapatan yang sebesar-besarnya. “Ketika kamu dapat peluang, ambil aja dulu. Perkara itu bisa atau tidak, itu bisa dipelajari sambil berjalan,” kata Ricky, percaya diri. (*)

Dyah Hasto Palupi /Vina Anggita

www.swa.co.id

# Tag